Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Hasrat Tinggi Naturalisasi, Jalan Pintas Nihil Prestasi

21 Januari 2022   13:31 Diperbarui: 21 Januari 2022   20:05 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Elkan Baggott usai menjebol gawang Malaysia pada laga Piala AFF 2020, Minggu (19/12/21). | Dok. PSSI via Kompas.com

"Di mana pun aku meletakkan topi, di sanalah rumahku," kata Marvin Gaye pada tahun 1962. 

Meski sang legenda musik soul itu tidak merujuk pada konteks sepak bola, banyak pesepak bola yang mamakai lirik lagunya itu dalam memilih tim nasional (timnas) yang akan mereka bela.

Entah itu karena faktor keturunan (ius sanguinis), tanah kelahiran (ius soli), atau ingin memperoleh lebih banyak waktu bermain, sudah ada banyak pemain yang berpindah kewarganegaraan agar bisa membela timnas yang didambakan.

Setiap negara memiliki peraturan yang berbeda untuk naturalisasi. Hanya saja, motifnya sangat identik. Lazimnya, negara-negara kecil atau timnas yang mempunyai kelemahan mencolok dalam skuatnya akan memilih naturalisasi guna mengisi lubang-lubang yang ditinggalkan pemain lokal. Bahkan, tim-tim jawara Piala Dunia seperti Spanyol, Jerman, dan Prancis pun pernah memilih jalan pintas serupa.

Marco Senna sempat mengabdi untuk Spanyol guna mengisi pos gelandang petarung (fisik), yang kala itu jarang ditemukan pada pemain La Furia Roja. Ia lebih memilih Spanyol dibanding negara asalnya, Brazil. Begitu pula dengan Diego Costa yang bertipikal bengal untuk memperkuat posisi ujung tombak dalam skuat El Matador.

Adapun kalangan imigran dari Afrika yang awalnya dianggap budak di Prancis, justru bisa memberikan prestasi yang gemilang. 

Generasi kedua dan ketiga para imigran berhasil mendongkrak skuat Ayam Jantan menjadi raksasa sepak bola Eropa, bahkan dunia. Sebut saja Patrick Viera yang terlahir di Senegal dan Marcel Desailly yang terlahir di Ghana, yang lebih memilih untuk membela Les Blues usai memperoleh paspor.

Fenomena serupa juga ditempuh oleh juara Piala Dunia edisi 2014 ini. Bahkan, ada tiga nama imigran elite yang pernah melambungkan skuat Der Panser. Miroslav Klose dan Lukas Podolski sama-sama dilahirkan di Polandia. Adapun Jerome Boateng membelot dari Ghana untuk membela tim yang sama.

Pada era sepak bola modern, naturalisasi pemain merupakan gejala yang sangat sulit dihindari. Tren naturalisasi berhasil memberikan elemen baru ke panggung sepak bola global. Fenomena itu telah memberikan kesan bahwa naturalisasi adalah hal yang wajar.

Di Asia Tenggara sendiri, naturalisasi menjadi jalan pintas yang paling mudah guna mengangkat pamor timnas. Mereka beramai-ramai mengendus setiap pemain bertalenta yang memiliki ikatan khusus dengan negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun