Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nasib Mujahidin Indonesia Timur Usai Tewasnya Ali Kalora

20 September 2021   13:19 Diperbarui: 20 September 2021   23:12 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Ali Kalora, tewas dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya, (18/09/21). | Istimewa via Tempo.co

Kekejamannya juga terlihat pada tanggal 18 Agustus 2020 saat ia dan kelompoknya membunuh seorang petani bernama Agus Balumba di Sangginora, Poso. Lalu, pada 15 April 2020, kelompok teroris tersebut juga menembak anggota polisi di sebuah bank di Poso. Ali Kalora dkk juga disebut terlibat dalam pembunuhan dua warga sipil di Parigi Moutong pada 27 Juni 2019.

Nasib MIT

Laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) menyebutkan, pengaruh ISIS di Indonesia sudah mulai memudar. Kekalahan ISIS di wilayah Timur Tengah, ditangkapnya para pemimpin ISIS, serta penangkapan sejumlah teroris oleh polisi yang kian gencar menjadi penyebabnya.

IPAC juga mencatat bahwa penangkapan Sutomo alias Ustaz Yasin pada September 2020 alalu, menjadi pukulan yang sangat telak bagi MIT. Pasalnya, ia memiliki dua pesantren di Poso dan Morowali. Sekolah itu lah yang dipakai sebagai tempat guna merekrut calon anggota baru. 

Selain itu, Yasin juga menjadi pendonor bagi MIT dengan suntikan dana Rp20-30 juta tiap bulannya. Usai ia diringkus oleh aparat, kelompok teroris itu mengalami krisis. Akibatnya, mereka pun kesulitan untuk memperoleh pasokan logistik dan persenjataan.

Perjalanan kisah MIT kian menemui titik nadir lantaran jumlah anggotanya makin menyusut sejak dua tahun lalu. Sebagian besar militannya ditangkap atau bahkan sudah tewas dalam baku tembak dengan Satgas gabungan TNI-Polri pada Operasi Tinombala.

Kehilangan figur pemimpin berkharisma seperti Santoso, diyakini juga membawa dampak besar terhadap perjuangan MIT. Terlebih lagi, kala itu sosok kepercayaan Santoso hanya tersisa seorang saja, tidak lain adalah Ali Kalora.

Situasi mereka semakin tertekan karena kelompok pro-ISIS itu acap gagal dalam merekrut anggota aktif. Para pengamat terorisme meyakini, pemimpin terakhir MIT, Ali Kalora, tak memiliki pengaruh sekuat Santoso, yang mampu merekrut puluhan anggota. Sehingga, praktis kini anggotanya menyisakan segelintir saja.

Sebelum ia dikabarkan tewas, kelompok Ali Kalora sudah berada dalam keadaan terdesak dan tengah kekurangan logistik. Semua perlengkapan berhasil diamankan oleh pasukan Satgas di Tauca, Poso.

Pasca tewasnya Ali, artinya MIT saat ini sudah tidak memiliki pemimpin. Tidak ada yang dapat menggantikan posisinya. Tanpa adanya komando, kisah kelompok yang berkiblat ke ISIS itu bisa dipastikan akan segara berakhir.

Saat ini Satgas terus memburu militan MIT yang tersisa. Ruang gerak mereka juga terus dibatasi oleh pasukan Satgas untuk memutus dukungan pihak luar. Cepat atau lambat semua militan MIT yang akan tertangkap, hidup atau mati.

Artikel ini ditulis berdasarakan riset dan data yang didapat dari sumber-sumber berikut: satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun