Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Balada "OTW", Hurufnya Tiga tapi Dosanya Banyak

30 Desember 2020   07:34 Diperbarui: 30 Desember 2020   14:20 1649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi budaya OTW. | diolah dari Shutterstock via ieobusiness.com

Omong-omong, kamu sudah tahu makna OTW, kan? Apa jangan-jangan salah satu dari kalian ada yang belum tahu artinya OTW? Aduh, mama sayange!

OTW merupakan abreviasi dari "oke turu wae". Berarti temanku tadi yang bilang OTW nggak salah dong? Bisa jadi yang dia maksud pengin tidur-tiduran dulu. Kalau sudah bosan rebahan, baru deh berangkat meski teman-temannya sudah jamuran.

Kelahiran OTW menjadi legitimasi bahwa budaya ngaret adalah sah-sah saja untuk dipraktikkan. Kultur seperti itu menjadi preseden buruk untuk generasi penerus rumah makan Padang bangsa.

Segala hal yang membuat mereka telat seakan bisa terbayar lunas lewat alasan OTW. Entah itu karena mereka bangun kesiangan, lagi malas gerak, masih mau rebahan, atau enggan berangkat.

Di Indonesia, sebelum kelahiran OTW, budaya ngaret sudah berlangsung cukup lama, setidaknya sejak 1980-an. Hal itu dipicu oleh timbulnya kemacetan akibat jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan akses jalan yang memadahi.

Semakin lama kondisi kemacetan makin menggila hingga kerap dijadikan alasan oleh makhluk-makhluk yang terjangkit virus ngaret. Agaknya, alasan macet saat ini sudah tidak lagi relevan karena dapat dipecahkan dengan berangkat lebih awal. Apalagi, sudah banyak moda transportasi daring yang bisa dipilih agar tidak telat.

Ilustrasi OTW. | Thinkerstock via detik.com
Ilustrasi OTW. | Thinkerstock via detik.com
Uniknya lagi, budaya ngaret lebih sering dijumpai di negara-negara berkembang semacam Indonesia. Padahal, di negara yang memiliki budaya tepat waktu, telat semenit saja sudah menjadi 'dosa besar'. Kiranya, akan sulit ditemukan fenomena ngaret serupa di Jepang ataupun Korea.

Tidak jarang yang mengakali kebiasaan ngaret masyarakat dengan memajukan jadwal acara setidaknya satu jam lebih awal dalam undangan. Apakah cara itu cukup efektif? Tentu tidak, pemirsa!

Alasan kemacetan yang awalnya dapat menjawab segala jenis keterlembatan, saat ini berangsur-angsur tergantikan oleh kehadiran mantra OTW.

Kebiasaan itu memang terkesan sepele, seirama dengan hurufnya yang sebatas terdiri dari tiga digit. Namun, imbasnya nggak bisa disepelekan begitu saja. Telah banyak dosa besar tercipta, yang diawali dengan mantra setan tersebut.

Bagi kalian yang masih hobi OTW hingga detik ini, mending mulai sekarang kamu pikir ulang, deh! Nih, dampak buruknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun