Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Blue Collar dan White Collar, Kasta Pekerja Menurut Warna Kerah

26 November 2020   01:53 Diperbarui: 26 November 2020   22:50 2819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja menurut warna kerah pakaian yang dikenakan. | nydisabilitylaw.com

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, lahir bermacam terminologi serupa menurut warna kerah terhadap jenis pekerja lainnya.

Blue Collar (Pekerja Kerah Biru)

Perkembangan kelas pekerja (working class) tidak terlepas dari revolusi industri yang berkembang dari daratan Eropa sampai ke Amerika Serikat (AS) pada awal abad ke-19. Munculnya mesin uap mengubah ekonomi agraris ke industri serta manufakur mesin.

Para pekerja industri dan pekerja "kasar" lain di AS saat itu lebih suka mengenakan seragam dengan bahan yang tahan lama dan tak harus dicuci setiap hari. Hal itu yang lantas membuat mereka memilih seragam berbahan chambray sebagai dress code saat bekerja.

Popularitas kain chambray di AS sedang tinggi-tingginya ketika itu karena dapat diolah menjadi berbagai jenis produk, mulai dari kemeja, celana panjang, sapu tangan, syal, dasi, sampai sepatu.

Bahan chambray muncul pada abad ke-16 di kota Cambrai, Prancis (dekat dengan perbatasan Belgia). Kain tersebut menjadi alternatif yang lebih ringan untuk bahan denim di wilayah Prancis Selatan.

Chambray mulai digunakan secara luas di AS pada tahun 1901, saat Angkatan Laut AS (US Navy) mulai menggunakan bahan denim dan chambray sebagai seragam kesatuan mereka.

Pada Perang Dunia II, adalah hal yang biasa untuk melihat para pelaut mengenakan kemeja chambray dan celana denim. Para pekerja di seluruh AS dengan cepat mengadopsi chambray sebagai pakaian kerja yang kemudian melahirkan istilah Blue Collar.

Terminologi Blue Collar pertama kali digunakan oleh surat kabar terbitan AS, The Alden Times, pada tahun 1924 untuk menyebut pekerja di bidang perdagangan yang melibatkan aktivitas fisik.

Ilustrasi Blue Collar (pekerja kerah biru). | Nytimes.com
Ilustrasi Blue Collar (pekerja kerah biru). | Nytimes.com
Frasa Blue Collar sendiri berasal dari denim biru dan kemeja chambray yang dikenakan pekerja "kasar" sebagai bagian dari seragam mereka saat bekerja.

Chambray disukai karena kemiripannya dengan kain denim dari segi tekstur dan kekuatan. Namun, lebih lembut dan memiliki sirkulasi udara yang lebih baik.

Warna biru dinggap bisa menyamarkan kotoran dan minyak yang menempel pada pakaian para pekerja sehingga mereka terlihat lebih bersih saat sedang bekerja. Selain itu, biru juga menjadi warna populer untuk boilersuit yang melindungi pakaian mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun