Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kisruh Konflik Kepentingan dan Optimistis ala Alfred Riedl

10 September 2020   23:50 Diperbarui: 11 September 2020   19:10 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih tim nasional Indonesia, Alfred Riedl (tiga kiri) saat memimpin latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Rabu (12/11/2014). (Foto: SUPER BALL/FERI SETIAWAN)

"Kami mampu. Kami berhasil mencapai final. Kami bangga dengan pencapaian kami saat ini," kata Riedl dalam sebuah konferensi pers seperti yang dinukil dari Tempo, (13/12/2016).

Namun, sangat disayangkan. Anak asuhnya tidak mampu mengkonversi optimisme tingginya di atas lapangan. Gelar juara lagi-lagi harus melayang untuk keenam kalinya sepanjang partisipasi Indonesia di Piala AFF.

Meski demikian, setidaknya Coach Riedl sudah membangkitkan optimisme publik sepak bola Indonesia untuk memiliki timnas yang kembali disegani di level Asia Tenggara.

Faktanya, sejak gelaran Piala AFF 2007 hingga edisi  2018, tak seorang pelatih pun yang bisa menandingi pencapain dua final yang ia torehkan. Terlebih lagi Riedl mengemban tugas di saat-saat otoritas sepak bola Indonesia sedang menderita "penyakit kronis" yang bernama konflik kepentingan.

Meski trofi tak kunjung bisa diraih, tetapi harapan pantang untuk diredam. Begitu pula harapan kita pada perbaikan otoritas sepak bola Indonesia dan timnasnya.

Terima kasih dan selamat jalan, Riedl!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun