Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Hanya Covid-19, Virus Pembodohan Juga Perlu Vaksin

7 Agustus 2020   20:49 Diperbarui: 8 Agustus 2020   01:13 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vaccine Covid-19 | AP Photo/Sakchai Lalit

Setiap manusia yang menyadari bahwa dirinya berilmu, memiliki tanggung jawab yang sangat berat. Sehingga tidak setiap orang bisa menjadi ahli, pakar, apalagi profesor. Keharusan untuk menggunakan ilmu bagi kemaslahatan umat manusia menempel erat pada diri setiap orang yang menganggap dirinya sebagai ahli atau sejenisnya.

Sejatinya kehadiran orang-orang yang mengaku ahli, pakar atau profesor tanpa dasar ilmu itu sudah diprediksikan sejak abad ke-11 oleh filsuf dan teolog muslim, Imam al-Ghazali (Algazel).

Beliau mendefinisikan manusia ke dalam empat golongan berdasarkan kedalaman ilmunya.

Pertama, manusia berilmu yang menyadari bahwa dirinya berilmu. Manusia jenis ini hanya berbicara sebatas bidang ilmu yang diketahuinya saja serta menghindari berbicara tentang hal-hal yang tidak ia miliki ilmunya.

Kedua, manusia yang tidak menyadari bahwa dirinya berilmu. Manusia dalam kategori ini memiliki potensi menjadi manusia kategori pertama tetapi ia belum menyadarinya. Hal itu menjadikan dirinya bijaksana dan berhati-hati dalam menyikapi suatu hal.

Ketiga, manusia yang tidak berilmu tetapi menyadari bahwa dirinya tidak berilmu. Ia menyadari mengenai kekurangan pada dirinya. Sehingga ia bisa menerima ilmu dan mampu menempatkan diri di tempat yang sepatutnya.

Keempat, manusia yang tidak berilmu namun ia tidak menyadari bahwa dirinya tidak berilmu. Manusia di kategori ini akan selalu merasa dirinya mengerti dan memiliki ilmunya, meski ia tidak tahu apapun perihal apa yang dibicarakannya.

Manusia kategori keempat bisa kita jumpai dimana saja dan menyimpan risiko bahaya bagi orang-orang di sekitarnya. Namun sayangnya, ia tidak menyadari apa yang dilakukannya dapat merugikan orang lain dan dirinya sendiri di saat yang sama.

Tipologi manusia kategori semacam ini biasanya susah untuk disadarkan. Ia merasa paling benar meski ia tidak tahu apa yang dibicarakannya dan cenderung akan melawan jika diingatkan perihal kesalahan yang dilakukannya.

Berbeda halnya dengan kategori ketiga, ia menyadari tidak berilmu sehingga bisa menahan diri untuk tidak berbicara mengenai apa yang ia tidak ketahui. Atau dengan kata lain, ketidaktahuannya tidak memiliki potensi bahaya bagi orang-orang di sekelilingnya.

Bodoh itu fitrah manusia, pembawaan dari lahir. Setiap manusia terlahir bodoh, saya juga terlahir bodoh, sampai sekarang pun masih. Sedangkan pembodohan itu sebuah pilihan yang dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun