Menjadi pengamen dan berjuang di jalanan membuat Pak Paulus merasa terpanggil untuk bisa berbagi dengan sesamanya, terutama anak-anak kecil lewat "Rumah Belajar Kebon Bayam" yang ia bangun.Â
Mimpi Pak Paulus sejak hampir 20 tahun lalu terwujud. Berlokasi di sebelah rel kereta api di Tanjung Priuk, Jakarta Utara, rumah belajar sederhana itu kini dibangun dengan layak pada Rabu (10/3).Â
Hal ini dapat terwujud berkat galang dana yang diinisiasi Mariko Yoshihara dan Yesika Putri di kitabisa.com/bantupakpaul. Galang dana tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari 170 Juta Rupiah donasi dari target 150 Juta Rupiah.
Tekad Pak Paulus dalam menjalankan rumah belajar ini kuat karena latar belakang siswanya yang luar biasa. Tidak sedikit siswa binaannya merupakan anak jalanan yang sebatang kara karena orang tuanya meninggal dunia. Ada pula yang orang tuanya sudah berpisah kemudian sang anak hidup dengan seorang nenek tua yang bekerja sebagai pemulung dan masih banyak lagi.
"Semua anak layak punya kesempatan yang sama. Banyak yang bilang anak-anak itu bodoh, tidak pintar, padahal sebenarnya anak-anak itu bisa dibekali. Jangan sampai anak-anak itu nanti hidupnya sulit, mereka harus bisa bahagia.", ungkap Pak Paulus.
Mereka tergerak karena melihat kemuliaan hati Pak Paulus. Donasi yang terkumpul bahkan melebihi target. Ada lebih dari 2400 orang yang turut mendukung perjuangan Pak Paulus.
Pembangunan rumah belajar ini sempat menemui kendala. Selain faktor Pandemi, ada 2 rumah belajar bersamaan dengan rumah Pak Paulus yang harus tergusur karena beberapa sebab. Namun ketegaran Pak Paulus jugalah yang menginspirasi Mariko dan Yesika untuk tetap memperjuangkan rumah belajar ini. Hingga pada pembangunan ketiga, rumah belajar ini akhirnya berhasil dibangun dengan layak.