Mohon tunggu...
kisno
kisno Mohon Tunggu... Ilmuwan - Linguis, Penerjemah, Juru Bahasa, Penulis Buku dan Artikel Ilmiah, Kritikus Pendidikan

Linguis, Penerjemah, Juru Bahasa, Penulis Buku dan Artikel Ilmiah, Kritikus Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Evolusi Belum Tuntas: Anarkisme Kerumunan di Masyarakat

24 September 2019   07:40 Diperbarui: 24 September 2019   07:48 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contohnya ada sekelompok cowok sedang kumpul dan ada cewek lewat maka keberanian akan timbul. Kelompok cowok itu mulai menggoda, melontarkan kata-kata kasar dan sebagainya. 

Namun apabila sudah dihadapkan satu demi satu ya pasti diam seribu bahasa. Unjuk rasa "buta" itu berbahaya, berani teriak-teriak, membakar, melempar, karena ikut logika kerumunan dan mentalitas gerombolan tersebut.

Hal ini tentunya tidak sesuai dengan semangat "jiwa kesatria" karena di lingkungan manapun baik di masyarakat, sekolah, keluarga, masih banyak yang memiliki mentalitas mencari kambing hitam, tidak mampu bahkan tidak mau mengakui kesalahan yang sudah diperbuat, sebagai akibatnya, mentalitas gerombolan pun timbul, karena merasa dibela oleh keluarga atau kelompoknya. Mengalah untuk mencapai kedamaian sudah menjadi barang yang langka dan bisa dikatakan hampir punah.

Gustave Le Bon pakar Psikologi, Antropologi, dan Sosiologi dari Prancis pernah menyatakan, "Dalam sebuah kerumunan, manusia bisa berlaku layaknya seorang barbar."

Kelakuan barbar yang ditandai dengan ciri kekerasan dengan mudah ditemui di zaman manusia primitif. Mengapa demikian? Lihat saja sikap mudah terprovokasi, tindakan di luar logika, serta benda yang dipakai oleh manusia di zaman primitif, semua benda terbuat dari batu, kayu, atau logam yang artinya semua benda yang digunakan pun masih keras sehingga membentuk mental yang penuh dengan kekerasan pula. Padahal, grafik evolusi manusia sudah sampai ke tahap manusia modern yang sudah menggunakan akal dan pikiran lebih banyak ketimbang aktivitas fisik khususnya yang menggunakan kekerasan.

Jadi, mari merenung dan bertanya kembali pada diri sendiri:

  1. "Apakah evolusi fisik sudah tuntas berarti bahwa evolusi pikiran sudah tuntas pula?" atau;
  2. "Apakah yang kita perbuat ini sekadar ikut-ikutan saja atau memang sudah menjadi diri sendiri yang baik?" atau barangkali;
  3. "Masihkah pikiran kita ini primitif di zaman yang sudah modern?"

Silahkan berpikir...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun