Mohon tunggu...
Kireinada
Kireinada Mohon Tunggu... Entrepreneur -

We write, we share.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pedasnya Cabai Gendot Khas Dieng

25 Mei 2017   19:37 Diperbarui: 25 Mei 2017   20:36 4476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.diengfuntrip.com

Kalau denger kata Dieng, langsung deh berasa kangennya. Sewaktu kuliah cuma butuh waktu sekitar 2,5 jam dari Kota Semarang menuju kawasan Dieng, lewat perkebunan teh Tambi, bukit-bukit, pepohonan, dan semua pemandangan yang menyejukkan mata. Duhh, pengen banget ke sana lagi, tapi apa daya, kini aku dan Dieng terpisah jarak 800 kilometer.

Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo.  Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng memiliki Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 12—20 °C di siang hari dan 6—10 °C di malam hari.

Dataran tinggi Dieng memiliki banyak objek wisata yang sangat menawan. Bagi kalian yang sudah pernah berkunjung ke sana pasti sudah familiar dengan objek wisata seperti kawah sikidang, candi arjuna, telaga warna, telaga cebong, serta kawah dan danau vulkanik lainnya.

Apalagi kalau ke puncak sikunir, kalian bisa bermalam dulu di telaga cebong, untuk menikmati suasana malam khas dieng dan menyaksikan indahnya sunrise di puncak sikunir keseesokan paginya. Kalau nggak mau repot, di sana banyak kok tempat khusus penyewaan tenda dan perlengkapan untuk bermalam. Harganya juga nggak bikin kantong jebol. Pokoknya seru banget deh, malamnya jangan lupa buat api unggun ya, soalnya dinginnnnn bangeetttttt.

Satu yang wajib banget dibawa pulang dari Dieng yaitu cabe bendot. Cabe bendot adalah cabe khas Dieng, cabe yang bisa tumbuh di dataran tinggi yang punya suhu super dingin. Dan rasanyaaaa pedesssssss banget seriusan, buat yang doyan pedes wajib banget cobain cabe ini. Penemuan ini berawal setelah aku turun dari puncak Sikunir. Aku berhenti di depan sebuah warung, penasaran sama apa yg ditaro di ‘tampah’ depan warung itu. Aku nggak tau ini buah apaan, mirip paprika, tapi ukurannya kecil. Langsung aja aku tanya sama penjualnya, dan ternyata ini makanan favorit aku, cabe! Wowowowoww.. seneng banget kan ketemu spesies cabe baru, langsung deh aku pesen mie rebus dan minta cabe-cabean itu dipotongin juga.

Kata Ibu penjualnya cabe ini pedes, tapi ngeliat bentuknya yang kaya paprika dan daging buahnya yang tebel aku nggak percaya. Aku ambil deh daging buahnya, aku icip sedikit, dan bener dugaanku, nggak pedes sama sekali. Terus penasaran sama bijinya yang pisah dari daging buahnya, aku icip deh sebiji. Wwrrrrrrrrr gilaakkk pedesss banget, pedesnya tuh beda, nggak kayak cabe-cabe yang lain, langsung bikin melek, sensasinya luar biasahh. Buat aku yang suka banget gadoin Bon Cabe, cabe bendot ini pedes juga mennnn. Langsung deh aku campurin ke mie rebus, beehh dingin-dingin makan mie rebus+cabe bendot, nikmatnyaaaa (nulis ini sambil ngiler).

Saking nggak fokusnya karena kepedesan aku lupa beli cabe bendot buat dibawa pulang. Sampe di kosan aku menyesal kenapa bisa kelupaan. Nggak lama, aku ke Dieng lagi, niat banget buat beli itu cabe, harganya juga murah, harga cabe pada umumnya. Oya kalo kalian beli cabe bendot ini cukup disimpan di kulkas aja ya, tapi jangan di freezer, karena nanti bisa beku kayak es batu dan begitu dia didiemin agak lamaan teksturnya lembek dan nggak seger lagi (pengalaman). Nikmat banget disantap bersama mie rebus (ngeces...). Oke, sekian dulu, salam HUHAH!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun