Mohon tunggu...
King Kong
King Kong Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Menulis puisi, cerpen, cerbung, artikel, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesaktian Emak

11 Maret 2021   20:55 Diperbarui: 11 Maret 2021   21:59 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam keilmuan agama maupun adat serta tataran norma, mengagungkan seorang Ibu adalah sebuah keniscayaan. Surga dibawah telapak kaki Ibu, kuwalat, kutukan, durhaka, dan melanggar tata krama  adalah sejumlah hukum tertulis maupun tak tertulis yang dimaksudkan untuk memuliakan sosok Ibu. Hal ini jelas sudah bahwa sepenuhnya betul. Saya harap tak ada satupun dari kita yang tak sependapat.

Terlepas dari hukum-hukum tentang menghormati Ibu diatas, meski sedikit banyak akan tetap bersinggungan dengan hal tersebut adalah sebuah kesepakatan tak tertulis atau bisa juga disebut dengan permakluman yang melahirkan slogan baru. Redaksinya adalah kaum muda, kaum adam, dan sejumlah orang yang memandang Ibu melalui kacamata yang berbeda. Mereka menerbitkan slogan tersebut bertajuk "The power of Emak-emak".

Sebuah slogan yang tidak bertujuan untuk menghina. Bukan juga bermaksud merendahkan eksistensi sosok Ibu. Ini lebih pada kesediaan untuk mengalah jika berurusan dengan Ibu. Dalam hal ini tidak hanya sebutan Ibu dalam artian orang tua kita, lebih universal yakni semua wanita yang telah dewasa dan pantas dipanggil dengan kata panggil Bu.

Maka, kaum hawa yang masih gadis, usia belia, muda, dan belum menikah secara otomatis akan ikut sebagai pendukung redaksi penerbitan slogan tadi.

Dapat diartikan lain dari slogan tersebut adalah seolah lahirnya sebuah ungkapan, "harap maklum deh, mengalah saja. Namanya juga Emak-emak!".

Tentu kita acap kali melihat dan mendengar bilamana slogan ini otomatis terpakai. Saat motor Ibu-ibu didepan kita belok ke kanan meski lampu sein berkedip kearah kiri, maka disitulah The power of Emak-emak sedang berlaku.

Saat jalanan penuh genangan air, kemudian motor Ibu-ibu melintas tanpa mengurangi kecepatan hingga air 'nyiprat' ke semua pemakai jalan lainnya, disitulah The power of Emak-emak diterapkan.

Ketika Budhe marah karena kita tidak membelikan apa yang beliau pesan, padahal Budhe yang lupa belum menyampaikan pesan kepada kita. Dengan upaya ngeyelnya beliau sedang mencanangkan program The power of Emak-emak.

Bila suami sedang berselisih pendapat dengan istri. Mau benar atau salah tetap saja suami adalah yang bersalah dan mau tidak mau harus rela mengalah agar tidak semakin berlarut. Seperti tulisan di belakang truk yang pernah saya baca, "lebih baik menguras air laut daripada harus berselisih pendapat dengan wanita/istri. Capeknya sama!". Yes..itulah The power of Emak-emak.

Dari pembahasan tak penting tersebut diatas muncullah sebuah kesimpulan sebagai berikut :

1. Wanita terutama Ibu adalah mahkluk yang layak dinomor satukan dalam banyak hal. Tanpa kata tapi.

2. Beberapa pengguna jalan raya yang termasuk Ibu-ibu perlu lebih memperhatikan tata tertib berlalu lintas. Kemuliaan Ibu dirumah jangan dipaksakan untuk dimaklumi khalayak ramai.

3. Kita sebagai kaum Adam. Entah itu suami, bapak, atau anak, seyogyanya mengarahkan dengan baik kepada Ibu tentang tata cara menggunakan jalan umum. Atau alangkah terpujinya jika kita pasang badan untuk mengantarkan Ibu kemana beliau perlukan. Jangan permalukan Ibu didepan umum dong.

4. Gadis-gadis muda, jangan mencibir Ibu-ibu karena super power-nya. Ingatlah, kelak kau juga akan menjadi seperti beliau.

5. Tetaplah mengalah untuk Ibu-ibu di dunia ini. Beliau-beliau adalah pemilik rahim yang melahirkan berbagai orang hebat.

Sepertinya terlalu bertele-tele jika saya terus saja berputar-putar pada topik yang sepertinya mengada-ada ini. Namun meskipun demikian, topik tak penting seperti inilah yang perlu juga kita cermati agar kita terbiasa peka pada kondisi yang lucu sekalipun.

Mari kita haturkan rasa hormat dan sayang untuk Ibu-ibu kita. "Kaulah Ibuku, pengorbananmu takkan terganti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun