Mohon tunggu...
kingkin kts
kingkin kts Mohon Tunggu... Akuntan - antropogenik

Seorang akuntan biasa yang tiap sore pulang ke Pamulang. Selain bergelut dengan transaksi, saya adalah penikmat seni, humaniora, dan pelahap Mie Ayam yang sedang merindukan kampung halaman Jogja Lantai Dua (Gunungkidul)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kabur dari Teosentrisme Menuju Antroposentrisme dengan Rasionalitas Rene Descartes

19 September 2019   16:08 Diperbarui: 19 September 2019   16:32 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: instagram.com/kateesgraphic

Bagi penggila dunia filsafat, mungkin telah mengerti bahwa filsafat terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, filsafat kuno dengan pemain terbaiknya seperti Thales, Pytagoras, Socrates, Plato, Aristoteles, dan lain-lain. Kemudian disusul filsafat masa pertengahan dengan formasinya yang diisi oleh Hobbes, Descartes, Spinoza, Hegel, Bentham, dan lain-lain. Periode terakhir sampai saat ini disebut filsafat modern dengan striker-nya seperti Marx, Nietzche, Sartre, dan lain-lain. Kok malah main sepak bola sih? Ah mungkin dikepala saya masih terngiang kelakuan barbar suporter Indonesia dan sepak bola senior yang..ah sudahlah hehe. Oke daripada keburu memasuki injury-time mending kita lanjut ke pembahasan.

Rene Descartes muncul pada jaman Renaissance. Zaman renaissance adalah kelahiran kembali kebudayaan Yunani kuna dan Romawi kuna. Peristiwa tersebut terbentuk karena semua rakyat sudah muak dengan kelakuan monarki dan dogma agama yang memberangus pemikiran bebas orang-orang. Pada dulu kala, gereja seolah mendapatkan legitimasi dari tuhan, kemudian legitimasi dari gereja diteruskan kepada kerajaan. Sehingga siapapun yang berani menentang hegemoni kerajaan, artinya dia menentang tuhan.

Pada abad pertengahan, kekuasaan raja menjadi sangat otoriter, pikiran bebas dibungkam, bahkan banyak cendekiawan yang diancam dibunuh karena mempersoalkan ajaran kerajaan yang terkadang tidak rasional. Kerajaan bebas menindas siapapun yang melawan ajran dan doktrin istana, bahkan rakyat tidak bebas dalam memilih kepercayaannya. Abad dimana akal sehat tersebut dikekang disebut juga abad kegelapan.

Banyak kritik dan pemberontakan dilontarkan untuk melawan kerajaan dan ajaran gereja abad pertengahan yang begitu menyedihkan. Pikiran awal kelahiran kembali (renaissance abad 14-18) mencuat dari kota Florensia, Italia kemudian disusul negara-negara lain seperti Prancis, Inggris, dan negara eropa lain. Pemberontakan demi mendatangkan kembali marwah meragukan apapun seperti pada kebudayaan Yunani kuna datang dari para seniman dan filsuf yang memang merindukan pikiran yang bebas serta dijamin hak-haknya. Sebut saja Michelangelo yang berkarya lewat lukisan telanjang yang sebenarnya menyindir ajaran gereja yang kaku. Kemudian Descartes dengan rasionalitasnya mencoba menjadikan kesadaran pikiran manusia sebagai kebenaran yang absolut. Jadi kehidupan warga tidak lagi teosentris dan monarki absolut, dan cenderung antroposentris.

Rene Descartes lahir pada tanggal 31 Maret 1596 di Perancis dan meninggal pada tanggal 11 februari 1650 di Swedia akibat penyakit pneumonia atau radang paru-paru karena tidak tahan udara dingin saat mengajar ratu Christina di Swedia. Hla wong Descart disuruh mengajar pukul 05.00 pagi, padahal Descart terbiasa bangun jam 10.00 pagi demi menghindari udara dingin, ditambah cuaca di Swedia yang lebih dingin daripada di Belanda dan Prancis, hla yo klenger. Ya memang sih, dari kecil tubuh Descartes memang renta sehingga harus menyesuakian dengan kondisi lingkungan yang membuatnya nyaman.

Descartes adalah filsuf dan matematikawan yang lahir dari keluarga bangsawan pada periode filsafat pertengahan. Oiya, filsafat pertengahan berbeda hlo dengan abad pertengahan. Justru filsafat pertengahan berangkat dari kemerdekaan dari tuhan, dan lebih condong berpikir sendiri atas akal sehat manusia. Pada usia 10 tahun, Descart masuk ke sekolah Jesuit, dan pada usia 20 tahun masuk universitas. Descartes adalah tipikal orang yang suka belajar, ia mempelajari mtematika, filsafat, hukum, teologi, sastra, dan lain-lain. Tapi yang paling disukainya adalah matematika.

Pada usia 32 tahun, Descart berkemas dan pindah ke Belanda untuk mengenyam pendidikan lagi. Ia memilih Belanda karena pengetahuan disana lebih liberal dibandingkan Perancis. Selama masa studinya, ia kerap berpindah-pindah tempat demi menghindari interaksi berlebihan pada orang-orang. Maklum, ia harus menjaga jam tidurnya dan agar terus aktif menulis dan berspekulasi.

--------- Masuk pada alam pikiran Descartes----------

  • Rasionalitas

Descartes merupakan salah satu filsuf yang mengembangkan rasionalitas yang bertumpukan pada metode deduktif. Rasionalitas berkembang di negara Jerman, Belanda, dan Prancis. Didalam rasionalitas, kita harus percaya dengan yang namanya akal sehat.

Manusia memiliki akal atau rasio yang berfungsi untuk mempertanyakan sesuatu. Berbeda dengan entitas lain, manusia diberkati otak yang sehat agar bisa berpikir dengan sadar, serta dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Pada dasarnya, dunia ini terbentuk dari akal sehat yang saling berhubungan. Alam semesta diibaratkan perpaduan Khaos yang membentuk kosmos. Apa maksudnya? Sebenarnya dunia itu penuh ketidak-teraturan, ada berbagai macam-macam benda yang sepertinya tidak ada hubungannya sama sekali. Semisal, apa hubungan antara air dan api? Tapi jika kita berpikir secara holistik atau menyeluruh, semua materi itu pasti akan membentuk suatu tujuan tertentu dengan tatanan yang bagus (kosmos), yang membentuk alam semesta ini agar terus berjalan.

Menurut Descart, dunia berjalan menurut caranya sendiri, tidak seperti anggapan abad pertengahan yang menyatakan bahwa apapun tidak lepas dari tuhan. Walau begitu, ia tidak menyangkal eksistensi tuhan, menurut dia tuhan tidak ada berhubungan langsung dengan dunia. Seperti Deus Otiosus, "tuhan adalah si pembuat jam", artinya tuhan memang menciptakan kehidupan dan isinya, tapi setelah itu akan lepas tangan dan membiarkan dunia berjalan apa adanya.

Setelah teosentrisme mulai dilawan, banyak perlawanan-perlawanan yang menjadikan rasio adalah pusat segalanya (antroposentris), dan kebenaran terletak pada siapapun yang sadar sedang meragukan kebenaran itu.

  • Cogito Ergo Sum

Karena kebenaran absolut kerajaan dan gereja sudah diruntuhkan, manusia mulai bertanya: dimana kebenaran absolut itu? Kebenaran absolut sulit ditemukan apabila kita tidak mencarinya dengan berpikir rasional. Tidak ada yang benar-benar benar, makannya kita harus meragukan apapun itu, kata Descart. Bahkan kita harus meragukan teman kita sendiri, jangan-jangan mereka hanya dimimpiku, meragukan isi bumi ini, jangan-jangan ini adalah alam alien dan segalanya dicurigai. Dari situ sebagian besar hidup descart adalah "Keraguan, Keraguan, Keraguan."

Dibalik semua keraguan diatas, apabila kita terus mencari pasti ada satu kebenaran yang tersisa, kebenaran yang nanti juga akan ditanyakan kebenaran sementaranya. Kegiatan menemukan suatu kebenaran pasti disebut metodologi. Berati memang tidak ada kebenaran absolut dong? Ada, ketika kita sudah sangat penasaran, cari kesana-kesini untuk menemukan kebenaran, akan tersisa kebenaran absolut. Kebenaran absolut itu adalah siapapun yang dengan sadar sedang meragukan sesuatu.

Cogito Ergo Sum, aku berpikir maka aku ada, bisik Descartes. Tapi dalam konteks filsafat Descartes, sebenarnya kata berpikir lebih diartikan sebagai kesadaran. Pikiran artinya adalah kemampuan entitas untuk mengolah rangsangan yang ia terima lewat alat indra kemudian menghasilkan tindakan. Sedangkan kesadaran adalah kemampuan berpikir yang lebih komperehensif, karena dapat memikirkan apa yang sedang dipikirkan. Sehingga Cogito Ergo Sum lebih tepat sebagai "Aku berpikir (dengan sadar) maka aku ada.

Ditilik dari pernyataan Descartes diatas, sudah dapat diterka ia ingin rasio sebagai pusat alam semesta, dan yang bisa berpikir rasional ya hanya manusia. Pernyataan ku berpikir maka aku ada" disatu sisi membuat manusia lebih bebas dalam menggunakan rasio/akal sehatnya, sehingga tak terbelenggu oleh dogma-dogma moralis, teosentrisme, dan lingkungan. Tapi disisi lain membuat kehidupan manusia sangat antroposentris (tergantung yg nangkep jg sih), karena mereka yakin yang sadar hanyalah manusia, dan yang memiliki eksistensi (ada) hanyalah manusia, sehingga entitas lain hanyalah sebagai figuran.

  • Rasionalitas yang berlebihan

Ajaran Descartes pada masanya masih banyak ditentang oleh gereja. Ia pun membakar beberapa buku-bukunya agar tidak diancam dan dihukum mati seperti Galileo Galilei. Setelah kematiannya, dan dunia barat sudah cenderung lebih sekuler, karya-karya Descart sangat dihormati orang-orang dan menjadi landasan filsafat modern.

Aku berpikir maka aku ada sering ditelaah beberapa kalangan sebagai pandangan, penguasa bumi adalah mereka yang sadar oleh beberapa oknum. Antroposentrisme semakin membuat manusia menjadi pengendali alam semesta dengan berbekal kesadarannya, ditambah pernyataan beberapa agama yang menyebutkan bahwa manusia adalah pemimpin di muka bumi.

Dengan akal dan pengetahuannya, manusia seakan diijinkan menjarah kekayaan yang dikandung bumi, dan banyak kasus eksploitasi tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup. Ya intinya sebagai manusia, walaupun kita diberikan kebebasan berpikir seperti yang dicita-citakan zaman renaissance, kita tidak boleh lupa bahwa alam adalah ibu segala kehidupan. Kita harus menjaganya, bencana ekologis seperti kebakaran hutan yang masih melanda Palangkaraya dan Riau yang ditengarai bahkan dipastikan terjadi akibat ulah manusia harus dijadikan pelajaran, bahwa antroposentrisme dengan rasionalitas yang berlebihan itu tidak baik.

-Antropogenik 2019-

Referensi:

Young-il, Lee., dan Hyung-mo, AHN. 2014. 100 Filosofi 1. Filsafat Barat. Terjemahan: Endah N. Novianti. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Bertens, K., Ohotimur, Johanis., dan Dua, Mikhael. 2018. Pengantar Filsafat. Kanisius, Sleman. 

id.wikipedia.org/wiki/Cogito_ergo_sum

id.wikipedia.org/wiki/Deus_Otiosus

kejadiananeh.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun