Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mempertimbangkan Kembali Usulan Sertifikasi Ulama

7 Maret 2019   09:09 Diperbarui: 7 Maret 2019   09:18 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diakui atau tidak, mendapatkan label ustadz di Indonesia dewasa ini tidak lah sulit. Bukan lagi background akademik yang jadi indikator utama, tapi tampilan luar dan kemampuan berbicara di atas podium. Bermodal janggut, pakaian gamis, hafal satu-dua ayat, dan bisa menjelaskan suatu tema dengan meyakinkan, percayalah akan ada sebagian orang yang menganggapnya sebagai seorang ustadz.

Bahayanya adalah ketika ustadz seperti ini makin menjamur akan seperti apa wajah dakwah Islam di Indonesia? Mungkin mereka berdakwah dengan dalil sampaikan lah walau 1 ayat. Ya kalau paham tentang seluk beluk ayat itu mah ngga apa-apa, tapi ini baru tahu terjemahannya saja, tanpa tahu asbab an-nuzulnya, ngga paham konteks ayat, lantas langsung berdakwah. Saya khawatir ustadz macam ini bisa menyesatkan dirinya dan jama'ahnya.

Jika iklim dakwah sudah seperti ini nampaknya sertifikasi ulama yang dulu pernah dicanangkan Kementrian Agama-dan dikecam banyak pihak-perlu untuk dipertimbangkan lagi.

 Agar mereka yang diberikan label ustadz atau ulama merupakan orang-orang yang memang berkompetensi untuk berdakwah, utamanya dari segi pengetahuan agama.

Fungsi negara di sini bukan untuk mengekang dan membatasi dakwah Islam, namun meminimalisir munculnya ustadz-ustadz minim pengetahuan yang nyaman berdakwah dengan keilmuannya yang bisa jadi masih kalah dengan santri kelas 1 MTs. Arab Saudi pun sudah memberlakukan sertifikasi ulama, meskipun tujuannya adalah untuk meminimalisir radikalisme, Indonesia bisa saja mengadopsi langkah itu namun disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di tanah air.

Selain itu sebagai warga negara seharusnya kita bisa bijak dalam menilai seseorang layak disebut ustadz atau tidak. Saya teringat wasiat guru besar kami di Lombok, Almagfurullah TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam kitab beliau "Nadzhom Batu Ngompal"

Belajar olehmu tajwid yang sohih

Karena Qur'an turunnya fasih

Jangan membaca bacaan qobih

Takut ancaman hadis yang sohih

Rajin berguru pada ahlinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun