Mohon tunggu...
Ivonny
Ivonny Mohon Tunggu... Wiraswasta - #KamiPunyaMIMPI #BeraniWujudkanMIMPI

Setiap orang memiliki HAK yang sama untuk berMIMPI, namun tidak semua orang memiliki KESEMPATAN yang sama untuk mewujudkannya. Dan yang pasti setiap orang HARUS BERKOLABORASI untuk bisa cepat mencapai MIMPInya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berawal dari Komunitas Happy Kids

9 Mei 2022   10:10 Diperbarui: 9 Mei 2022   10:18 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Happy Kids, itulah nama komunitas anak-anak usia bayi (walau yang ikut ya suster, asisten rumah tangga, atau ada juga yang mama si bayi sih) sampai usia SD kelas 6. Setiap hari Rabu, Jumat & Sabtu sore kami kumpul di taman dekat rumah untuk bermain, nyanyi dan kegiatan lain yang seru tapi mengasah kreatifitas. 

Dibagi 3 kelas : 

  1. Kelas bayi; karena ini yang belajar pengasuhnya 
  2. Kelas Kecil; sampai dengan SD kelas 1 SD
  3. Kelas Besar; sampai dengan kelas 6 SD alias sisanya

Setiap tahun pasti kita bela-belain untuk sewa gedung, supaya anak-anak bisa perform. Ada yang main musik, nyanyi, puisi, drama, dance, panggung boneka, bahkan yang suka gambar, bikin dekor ataupun backdrop yang dilukis bareng-bareng. Kegiatan waktu libur pun beberapa kali dibuat, seperti bazar anak, adventure (sepedaan) anak dan orang tua juga ada beberapa yang ikut serta, camping bareng (walau cuma di lingkungan rumah) atau berbagi makanan kepada bapak-bapak satpam sekitar komplek diadakannya Happy Kids, pada saat Valentine.

Selama 5 tahun, kegiatan ini berjalan. Hmmmmmm...... ternyata angka 5 memang sudah melekat dari dulu tanpa disadari. Bubar dengan terpaksa karena alasan satu dan lain hal (semoga bisa menimbulkan perasaan penasaran...)

Di komunitas ini, saya tau bagaimana seorang anak ingin diperlakukan. 

Di komunitas ini, saya bisa menyelami sifat anak-anak yang kemiliki keingintahuan yang tinggi namun polos, lugu, tidak ada motif apapun, tidak ada rekayasa

Di komunitas ini, saya belajar bagaimana harusnya seorang ibu bersikap 

Di komunitas ini, saya paham bahwa tidak ada perbedaan agama, ras, suku, budaya, derajat sosial, karena semua anak bertemu, berkomunikasi dengan cara mereka, bermain, bergembira. 

Di komunitas ini, ternyata kita, orangtua, dan lingkungan lah yang membentuk apakah anak itu menjadi pemberani atau penakut, aktif atau pasif, rajin atau malas, senang bersosial atau menutup diri bahkan sombong.

Dan yang terpenting, di komunitas ini, saya mengerti sebenarnya seorang anak hanya butuh kasih sayang yang tulus dari orang tua. Mereka butuh diajarkan dengan kasih sayang yang ulus tanpa terpaksa, segala sesuatu yang mereka ingin tau. 

Mereka tidak membutuhkan harta berlimpah, tidak perlu mainan yang bagus, tidak perlu baju yang mahal, tidak perlu diajak ke tempat manapun yang terkesan mewah dan glamour. Bahkan mereka tidak perlu sekolah yang super duper mahal, asal orang tua punya waktu dan kasih sayang yang cukup untuk membesarkan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun