Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Asyiknya ke Solo-Bareng Deltomed dan Kompasiana-Gratis

22 Juni 2014   15:19 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:50 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngesti Setyo Moerni

Sebuah kesempatan jarang bisa datang lagi untuk yang kedua kali, acara begini tidak kubiarkan berlalu begitu saja meski sebenarnya urusan ku sedang banyak-banyaknya. Tapi kapan lagi perjalanan Gratis dan ramai-ramai Tour kekota Solo-Wonogiri? Masih dalam rangka lomba menulis Kuldon Sariawan, bekerja sama dengan Kompasiana mengunjungi pabrik obat terbesar di Indonesia PT Deltomed di Wonogiri, sungguh ini merupakan kesempatan emas. Seru, Heboh dan Menyenangkan tentunya, kalau sudah begini serasa semua teman, tidak ada batasan usia, yang muda menjadi tua yang tua menjadi muda, saling memberi pastinya gayeng, apa rahasianya? Rahasianya pada acara Kuldon Sariawan Tur dengan undangan gratis dari Deltomed.

14033182601271579985
14033182601271579985
Para Kompasianer sebelum berangkat meninggalkan jejak di Bandara Su-Ta. Ka-ki: Baharudin Nur, Thamrin Sonata, Gapey Sandy, Adian Saputra, Zulfikar Al-A’la, Tubagus Encep, Joshua Martin Lymyadi, Vita Sophia Dini dan penulis

Pagi itu saya hadir di Soekarno Hata tepat pukul 6.25 WIB.Bus Damri yang kutumpangi dari terminal Lebak Bulus berhenti tepat di terminal Soekarno Hata 1A. Begitu kaki ini menginjak lantai sudah terlihat beberapa teman yang hadir. Perjalanan ke Bandara lebih enak dan praktis naik Damri, karena tidak buang-buang tenaga pengantar, buang waktu pengantar, mengurangi biaya bensin juga mengurangi jejak carbon sambil memanfaatkan fasilitas angkutan yang ada, bayangkan hanya dengan dana Rp. 30.000,-(tiga puluh ribu rupiah) sudah sampai Bandar Udara.



Sebelum berangkat kusempatkan untuk sarapan pagi dirumah karena yang kutahu ketika terbang bersama Lion Air tidak mendapat suguhan sarapan dipesawat dan tidak lupa aku minum antangin dahulu buatan Deltomed agar perjalananku tidak terganggu oleh adanya angin yang berkeliaran di rongga tubuhku, Enak sih rasanya manis semriwing.



14033208791615659567
14033208791615659567
Pesawat inilah yang membawa kompasianer ke Solo

Alhamdulillah, cuaca diatas tidak membuat hati kebat-kebit langit terlihat bersih tidak banyak awan yang menggumpal, padahal malam harinya hujan petir begitu hebohnya. Sampai di Bandara Adi Soemarno kami rombongan berlima belas, 10 Kompasianer didamping dua Admin Kompasiana Pendi Kuntoro dan Shulhan Rumaru, sedangkan dari Deltomed ada Agatha Nirbanawati, Ika Pramono Dr.drg.Dewi Priandini SpPM. kami rombongan kecil langsung menuju Wonogiri.



1403321397994370915
1403321397994370915
Kawasan bebas merokok, segar, ramah Lingkungan


Tentang tulisan kawasan Bebas Merokok

Kami rombongan kecil mengarungi suasana perjalanan Solo-Wonogiri cukup lancar, begitu masuk area pabrik yang bersih dan apik dengan suasana yang tenang tidak neko-neko, yang pertama tertatap oleh mata adalah tulisan berhuruf besar, yaitu Kawasan Bebas Merokok Tulisan  tersebut, tidak serta merta langsung dipasang oleh pabrik ketika ingin mentrapkan peraturan itu, dengan melalui rentang waktu cukup lama, kenapa? Pekerja pabrik yang berjumlah ratusan tidak bisa distop untuk tidak merokok secara tiba-tiba setiap hari berjam-jam ketika bekerja. Masih ada toleransi bagi mereka untuk sedikit demi sedikit merobah kebiasaan selama dua tahun, menurut ibu Haniyah bidang Quality control dan Ibu Lila ahli dibidang Laboratorium. Pada awalnya sangat berat mengajak penyuka rokok untuk tidak merokok, Pimpinan Deltomed berusaha membuatkan ruangan khusus untuk penikmat rokok ketika selesai makan siang maupun pada jam istirahat, dengan secara bertahap waktu merokok mulai dikurangi, lalu keleluasan merokok semakin dipersempit, yang pasti banyak dimasukkan penjelasan-penjelasannya, kemudian sampailah pada keputusan pimpinan menentukan peraturan yang final membebaskan kawasan pabrik ini dari rokok dan tepasanglah papan tersebut. Jadi sekarang ini ada sanksinya keras jika mereka tetap merokok. Keadaan demikian diuji cobakan dan perbaiki terus menerus selama dua tahun baru dapat terlaksana .Hal semacam itu bukan Pimpinan Deltomed yang merasa beruntung, justru para perokok itu sendiri, uang rokok tetap utuh badan sehat, siapa yang beruntung?

1403322026517162859
1403322026517162859
Mbok Jamu, yang singset, sintal, sehat dan ulet

Bertemu patung mbok Jamu didepan pabrik

Patung mbok jamu gendong yang berbadan singset sintal dan sehat. Menurut penulis patung mbok Jamu yang menjadi Icon dari Deltomed memiliki makna yang dapat diartikan banyak hal, Pertama persamaan mbok Jamu dan Deltomed mirip sama-sama menjual jamu, tetapi yang ini sudah modern, sekarang disebut obat herbal karena sudah menggunakan mesin, mbok jamu gendong sudah terkenal dari zaman dahulu kala, jadi dapat dijadikan pemaknaan serta penafsiran luas tentang jamu. Kedua mbok jamu gendong terlihat sehat, singset dan sintal. Terlihat sehat karena mengerti jamu ketika tak enak badan langsung meracik untuk dirinya sendiri, jadi tetap sehat. Ketiga karena suka minum jamu badan mbok jamu jadi singset, karena mbok jamu bisa membuat galian singset dan sintal ketika berjalan keliling kan berolahraga badan menjadi sintal. Kira-kira demikian perlambangan patung mbok Jamu di pabrik Deltomed. Dan ulet tentu saja mbok jamu sangat ulet dalam bekerja dan tanggung jawab dalam usaha, itulah mbok jamu (Maaf, ini mereka-reka sendiri maknanya) Tidak sempat bertanya-tanya tentang hal itu.

14033291151882941136
14033291151882941136

Rombongan diterima oleh Presiden Direktur Deltomed Laboratories

Kami rombongan kecil diterima sendiri oleh Presdir Deltomed Bapak Nyoto Wardoyo dan jajarannya dengan sangat ramah Banyak kata-kata dan paparan yang sangat menginspirasi kami. Dengan Keteguhannya membesarkan Pabrik Obat yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai pengusaha yang selalu konsisten dengan keputusannya, diawali dari memulai jual jamu rumahan/home industri di Banjarmasin Kalimantan. Ketekunan dan perjuangannya selama lebih 35 tahun berbuah indah, inilah yang perlu digaris bawahi, Deltomed selalu berusaha menjadi yang terdepan di Negeri ini, Deltomed juga sudah menguasai pasaran global, bahkan dari tangannyalah ratusan pekerja menggantungkan kehidupannya. Beliau mengundang sepuluh Kompasianer ke Pabrik Deltomed-Tur Solo Gratis ini juga amal beliau. Tapi yang saya heran Bapak Pimpinan PT Deltomed Nyoto Wardoyo ini kenapa maubersusah-susah membuka pabrik sebesar itu dengan mesin yang sangat mahal, ribet, rumit harus melibatkan tenaga ahli, ratusan pekerj untuk pengepakan barang? Menyekolahkan teknisi-teknisinya keluar negeri. Mengapa tidak berusaha dibidang Properti, dengan delapan hektar tanah dapat diubah menjadi rumah-rumah mewah dan dijual kemudian membebaskan lagi tanah-tanah yang murah dijual menjadi sangat mahal beres (Halah!). Tetapihal ini tidak dilakukan oleh pimpinan PT Deltomed. Beliau adalah anak Bangsa yang Peduli dan pelestari Lingkungan, kalau semua menjadi pengusaha yang cepat menghasilkan uang lalu bagaimana dengan ratusan pekerja yang menggantungkan hidupnya dengan minim kemampuan?



Ada Bakso asli Wonogiri

Sebelum bapak-bapak sholat Jumat kami rombongan dipersilahkan makan siang, Wow,menu yang disediakan sangat tepat sekali yaitu Bakso asli Wonogiri yang sangat terkenal, rata-rata di jakarta bakso berasal dari Wonogiri, dan ini aslinya, mata yang tadinya liyep-liyep(ngantuk) karena berangkat subuh, langsung menjadi mekar dan melebar karena panas pedas dan segar. Kemudian masih ada ayam kampung goreng dengan sambel bawangnya(sambal jelantah) yang mak jlup sedapnya,masih banyak lagi sayuran. Benar-benar merasakan nikmat makan siangdi Pabrik Deltomed Wonogiri. Tidak ketinggalan wedang jahe dan kunyit asem menyertai minuman kopi dan teh. Oh, ya Wonogiri juga terkenal penghasil jambu monyet yang bijinya terletak menggelantung diluar, disebut  kacang mede ini menjadi makanan favorit dengan harga yang cukup aduhai perkilonya, kacang mede tersedia pula dimeja tempat kami mendengarkan paparan. Pokoknya sugatan(suguhan) dari Deltomed di Wonogiri semua terdiri dari makanan sehat. Nyamleng tenan.

14033981101927241993
14033981101927241993
Pengolahan obat herbal contoh /miniatur kira-kira demikian, Demo dari  Dr. Abri Janto



Masuk dan Keliling Pabrik tanpa tas dan Camera.

Tiba saat acara puncak yaitu melihat dalamnya pabrik pembuatan obat herbal, dipersilahkan untuk tidak membawa tasa dan camera ini peraturan. Pada awalnya kami diajak masuk ruang pencucian bahan dasarnya, pada saat itu yang sedang di cuci adalah simplisia jahe, ternyata ketika jahe sudah dikeringkan saya kira sudah siap olah, disini ternyata masih harus di cuci ulang dan dirontokkan sisa kulitnya, ini baru saja disampaikan oleh Dr. Abri Janto bahwa setiap akan mengolah bahan obat harus selalu dicuci bersih terlebih dahulu, untuk membuang bakteri yang numpang hidup dibahan obat yang sudah di simplisia tersebut. Kalau disini dengan mesin pencuci, jadi sudah tidak terpegang oleh tangan manusia. Saya mencoba mengambil irisan jahe tersebut beberapa potong, ingin tahu jahe yang seperti apa yang menjadi kriteria pabrik, karena menurut ibu Hanafiah, bahan dasar obat ini tidak boleh dari bahan yang sembarangan mutunya ketika disetor, harus benar-benar sesuai kriteria tentang umur jahe itu sendiri, kadar air, dan kandungan lainnya, karena pabrik ini menghasilkan obat yang bermutu tinggi, maka bahannyapun harus bahan yang mutunya tinggi. Pantas ketika saya gigit dan rasakan, jahe-jahe tersebut terasa panas pedas sekali, ditilik dari rasanya itu jahe emprit yang cukup tua, ternyata memang benar kata Ibu Hanafiah, kalau jahe gajah pastinya kurang pedas, kandungan airnya pun sangat banyak, maka sebaiknya jahe gajah digunakan untuk asinan sebagai teman makan Sushi makanan Jepang.

Kemudian kami diajak memasuki ruang pengepakan barang, didalam ternyata banyak sekali petugas pekerja yang mengepak bemacam jenis obat, sedangkan disampingnya ada mesin-mesin yang sedang bekerja memproduksi dalam ruang yang kedap bakteri dan virus alias steril. Benar-benar mengandalkan keadaan yang serba higienis. Didalam terlihat hanya dua orang teknisi yang bertugas dengan pakaian sudah disteril. Kalau begini kami jadi tambah percaya menkonsumsi obat herbal dari Deltomed, pantaspangsa pasarnya sampai melanglang Buana. Yang terlihat, pekerja sangat gesit dan cekatan dalam bekerja, mereka menunjukkan kebersihan pada penampilannya, juga terlihat ceria tidak ada beban dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kami juga dipersilahkan untuk mencicipi antangin yang baru keluar dari mesin yang sudah terbungkus rapi dan masih hangat pula, segar rasanya.

Lanjutnya kami pun diajak naik ke lantai dua bagian Laboratorium, banyak sekali ruangan Lab nya, bukan hanya satu ruang saja tetapi terdapat bagian-bagian jenis peruntukkannya. Yang terakhir kami ditunjukkan mesin pembuat sirup obat batuk, sungguh besar sekali, sekali produksi mencapai 2000 liter, terbayangkan. Puas menyaksikan segala sesuatunya dari pabrik PT Deltomed, hanya ada kata Wow . . . atas segala kekaguman itu, selanjutnya percaya banget! Wawasan yang sangat menginspirasi inilah nantinya akan sangat berguna sebagai ilmu pengetahuan untuk masyarakat diluar sana.

14033991021617332804
14033991021617332804
Botol Aladin? Bukan, tempat menyimpan jamu di toko akar sari

Setelah puas atas pengalaman dari kunjungan ini, EO dari Deltomed, Mbak Agatha dan mbak Ika memberi kode bahwa perjalan Tur harus segera dilanjut. Dari pabrik Obat Herbal kami digiring ketoko jamu/herbal, yang berbentuk jamu cair, godokan dan masih berbentuk simplisia, yaitu ke Toko Jamu Akar Sari, sudah puluhan tahun keberadaan toko ini, tetap laku keras. Masih tersedia segala macam manisan, sampai ke manisan kulit jeruk. Pengunjung toko jamu ini bebas diberikan icip-icip beberapa macam jamu yang menyegarkan badan.

Setelah itu kami digiring untuk mencari oleh-oleh batik, karena waktu sudah sangat menipis yang rencana semula akan ke pabrik batik di daerah Laweyan untuk melihat cara membatik jadi batal, akhirnya menuju ke pusat grosir batik di PGS  lokasinya disamping alun-alun Kraton. Pasar klewer sudah dekat, kalau naik becak sekitar Rp.20.000,- Setelah pukul empat satu persatu Kompasianer kembali ke kendaraan sambil menenteng batik tentunya untuk segera menuju tempat penginapan dan makan malam, karena keesokan hari acara sangat padat Jalan-jalan keluar kota dan mencari oleh-oleh. Asyik ya!

Bersambung . . .

(Cerita lanjutanya lebih kocak, bahkan Ketemu Tante Paku dan kawan-kawan Kompasianer di Solo jangan lewatkan ya, segera)

-Ngésti Setyo Moerni

Ini artikel yang lalu, monggo dibuka :

- Yang pertama

-  Yang kedua

-  Yang ketiga



Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun