Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Seringnya Terjadi Banjir dan Tanah Longsor, Merupakan Peringatan Alam Bagi Kita Semua

24 November 2016   17:24 Diperbarui: 25 November 2016   11:56 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir.Gamb.Koleksi Pri.

Seringnya terjadi banjir besar dan tanah longsor akhir-akhir ini karena musim hujan yang berkepanjangan sehingga menimbulkan debit air hujan meruah, pada saat air yang berkumpul meruah membentuk gelombang air layaknya raksasa ngamuk tersebut mengarah pada satu tujuan yaitu penampungan akhir dimana lokasi paling rendah.

Lantaran hampir langkanya tempat penampungan, air curahan langit tersebut menjadi liar akhirnya benda-benda yang dilewatinya oleh sekumpulan raksaksa cair tersebut menjadi porak poranda sampai mengakibatkan jembatan jebol rumah dan harta manusia yang berharga lainnya akan terseret bersama, situasi demikian biasa disebut banjir bandang.

Kejadian yang seperti ini seharusnya menjadikan kita semua berusaha  mawas diri. Apa yang salah pada Alam? Apa yang kita perbuat bagi alam ini? Sudah bersedekah alam kah dengan perilaku kita yang ramah alam? Kontribusi apakah yang kita berikan kepada Alam?

Banjir dan tanah longsor sekarang masih merupakan peringatan, jika perilaku kita terus menerus tidak memihak kepada alam, semakin serakah dan terus saja merusak tetap melukai alam, maka bencana yang lebih dahsyat lagi akan hadir pada kesempatan berikutnya, secara menimpa penghuni bumi ini lantaran semakin banyak manusia serakah mengabaikan tata aturan lingkungan yang sudah didalilkan alam. Kita tidak mau tahu, tidak mau belajar dari ujaran secara kejadian.

Bagaimana tidak, lantaran semakin banyak dana semakin banyak kesempatan menguras isi perut Bumi berikut hasil alam secara terus menerus dan semakin bersemangat memerahnya bagai layaknya menjadi sapi perahan. Sesuka-suka kita untuk keuntungan pribadi dengan modal besar yang dimiliki, tanpa kesadaraan memperbaiki alam yang sudah kita acak-acak dan meninggalkan begitu saja dalam kegersangan serta kerusakan yang parah.

Banjir. Gamb. Koleksi Pri.
Banjir. Gamb. Koleksi Pri.
Banjir

Setiap kejadian banjir yang menjadi sasaran tembak kesalahan adalah Pemangku penyelenggara di wilayahnya. Sebagian memang ada benarnya seperti :

  • Pembuatan drainase, gorong-gorong yang asal-asalan
  • Membangun jalan tanpa drainase
  • Mudahnya memberi ijin bangunan yang bukan peruntukannya, sehingga penataan suatu wilayah yang carut marut. Misalnya seharuhnya tempat untuk resapan air, diberikan ijin untuk dibangun menjadi perumahan Ruko dan tempat niaga lainnya.

Drainase rusak parah. Gamb.Gok. Pri.
Drainase rusak parah. Gamb.Gok. Pri.
Namun, kita semua juga harus bertanya pada diri sendiri, apa yang sudah kita lakukan disekitar lingkungan kita untuk menekan banjir?
  • Sudahkah kita selalu membersihkan got didepan rumah kita sendiri? Padahal got-got tersebut merupakan drainase lingkungan kita. Dimana limbah cair rumah tangga kita terbuang melalui saluran got ini, kenapa harus menunggu Pemerintah untuk membersihkannya?
  • Sudahkah kita selalu menyimpan kembali air hujan yang melimpah ruah itu kedalam tanah?
  • Masihkah kita membuang sampah di sungai? (jika iya fatal sekali mental kita)
  • Apakah kita masih rajin menebang pohon kayu dihutan untuk mencari keuntungan pribadi?
  • Apakah kita yang membakar hutan-hutan?
  • Apakah kita yang menebang hutan-hutan untuk mengorek hasil tambang, setelah tidak ada hasilnya kita tinggalkan begitu saja tanpa kita tanami kembali?
  • Sudahkah kita menanam pohon-pohon dan melestarikannya?
  • Apakah kita selalu menguruk resapan air atau rawa-rawa untuk kepentingan perumahan, Ruko[rumah dan Toko] maupun apartemen?
  • Apakah kita selalu masa bodoh terhadap sungai disekitar kita?
  • Apakah kita menyalah gunakan sungai dengan kebutuhan bangunan rumah pribadi?
  • Apakah kita membelokkan sungai untuk mengairi empang pribadi guna usaha pemancingan?
  • Apakah sungai yang lewat dilahan kita juga diperkecil bentuknya agar lahan kita menjadi terlihat lebih luas ukuran tanahnya?
  • Apakah kita suka membangun rumah ditepi Danau/Situ, Sungai  tanpa memikirkan garis sepadan Situ, sungai dengan jarak kurang dari 5 meter ditepi Danau/Situ?
  • Apakah kita suka memangkas tebing-tebing untuk kebutuhan banguan rumah agar memiliki view yang indah?

Pembangunan drainnase yang tidak selesai. Gamb. Dok. Pri
Pembangunan drainnase yang tidak selesai. Gamb. Dok. Pri
Jangan mengira ketika alam diam pada saat bumi diacak-acak dan  diporak-porandakan, seperti menggali lapisan tanah sampai kedalaman yang tak terhingga lalu mengaduk-aduk kedalamnya karena suatu ambisi kadonyan[keduniawiaan]. Padahal sebelumnya pohon-pohon yang sangat dibutuhkan alam sebagai tempat berkumpulnya keberadaan kehidupan ekosistem didalam hutan, yang  begitu tenang dan sejuk lalu tandus ludes dan panas meranggas oleh ambisi perorangan dengan dalih kesejahteraan rakyat.

Kejadian tanah longsor

Banyak bangunan yang didirikan di tebing perbukitan, dilereng gunung yang seharusnya dipenuhi dengan tanaman keras, untuk pengikat tanah-tanah pada tebing dan perbukitan. Lalu diubah menjadi tanaman perdu yang tidak memiliki perakaran yang kuat, dan tidak disiapkan bentuk teras atau trap setiap kemiringannya.

Contohnya silahkan saja memperhatikan bangunan di puncak, bangunan di Bandung, dan perbukitan yang padat bangunan lainnya, sangat mengerikan sekali meskipun menggunakan hitungan rancang bangun para ahli tetapi jangan lupa hitungan manusia tidak sebanding dengan kekuatan alam yang dahsyat.

Kita sangat gemar memangkas tebing-tebing untuk kebutuhan banguan rumah agar memiliki view yang indah bukan? Kepadatan pada ketinggian ketika kita tekan pada saat membangun apakah sudah diperhitungkan kekuatan penyangga dibawah dasar kemiringan di perbukitan.

Semakin banyak kejadian tanah longsor tidak membuat manusia menjadi kapok untuk mempelajari kejadian-kejadian yang ada.

Boleh kita tarik garis kebelakang pada masa lalu, sisa-sisa ratusan abad silam terbukti sering dijumpai Negeri atau Kerajaan yang sudah terkubur. Buktinya banyak ditemukan situs-situs sejarah yang ketika ditemukan sudah terkubur pada kedalaman, bisa jadi karena terpendam oleh tanah longsor, gunung meletus atau gempa bumi, keberadaan situs tersebut berada dibawah lereng gunung Lawu, Gunung Merapi, gunung penanggungan dan lainnya.

Ini pembelajaran bagi manusia sekarang, sebaiknya membiarkan bukit-bukit ataupun lereng-lereng itu tidak dirusak diambil batunya, atau didirikan bangunan di perbukitannya maupun dilerengnya. Akan lebih ramah alam jika ditanami tanaman kayu atau dihutankan, baru kemudian dibawah dasarnya digunakan untuk pertanian, kebun sayur, atau kebun yang perakarannya kurang kuat namun dibutuhkan oleh manusia. Apabila suatu saat jika memang sudah pastinya terjadi kelongsoran, tentu tidak ada korban manusia, binatang ternak dan harta benda lainnya.

Bumi ini bukan dihuni oleh manusia saja.

Selain kita manusia banyak jenis mahluk lainnya yang menjadi penghuni Bumi ini yang membutuhkan keteduhan kesejahteraan bagi lingkungan mereka masing-masing seperti mahluk air, mahluk udara dan mahluk dalam bumi.

Sekarang ini fenomena yang terjadi adalah siapa yang kuat mampu dengan memiliki dana dan harta benda sebagai modal usaha apa saja meskipun usaha itu sangat nyata merusak lingkungan sedang sesuatu yang dirusak tersebut dibutuhkan oleh penghuni bumi lainnya selain manusia.

Cukup pelik memang keadaan ini, namun pemangku penyelenggara wilayah harus tegas dalam memberikan ijin bangunan diwilayahnya, tanpa pungli disebaliknya, membunuh nafsu bagi kepentingan pribadi dengan atas iming-iming amplop kesegaran yang menggelinjangkan, perlu selalu mengingat akan bencana yang mengintai akan dialami oleh banyak mahluk tak berdosa.

Hanya dengan selalu dapat memaknai sindiran dan peringatan alam dari kejadian silih berganti di Bumi ini selain memang kejadian bencana asli dan bencana karena manusia contohnya di kota yang berdataran tinggi bisa mengalami banjir besar, kepadatan, tumpang tindih bangunannya dan sistem saluran pada pengairannyalah penyebab hal yang demikian dapat terjadi.

Selalunya kita dapat koreksi diri sendiri dengan perbaikan perilaku yang ada.

“Selamat Hari Menanam Pohon Indonesia”

-Ngesti Setyo Moerni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun