Mohon tunggu...
Nuri_Nurzikri
Nuri_Nurzikri Mohon Tunggu... Jurnalis - travelers, Motorist, Penyuka Buku, penikmat Kopi

Aku sudah banyak merasakan kepahitan dalam hidupku. dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia-Ali bin abuThalib.ra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Komite Sekolah di Antara Kebutuhan, Hambatan, dan Pemenuhan Biaya Pendidikan

26 Oktober 2019   14:18 Diperbarui: 28 Oktober 2019   05:14 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluarga besar kami merupakan keluarga pendidik. Berangkat dari semangat untuk selalu membagikan pemahaman, pengetahuan dan juga berbagi wawasan. Almarhum Kakek merupakan Guru agama, juga Mengajar Di SMA Negeri saat itu tahun 60 an di Bandung dan juga pernah mengajar sebagai dosen di perguruan tinggi swasta di kota yang sama. kakek dari pihak ibu juga pernah menjabat sebagai penilik sekolah di tahun 70 an. Beberapa family, paman dan bibi merupakan tenaga pengajar di berbagai lembaga pendidikan.

Cerita pembuka diatas merupakan latar belakang bagi saya yang menjadi anomali bagi pemahaman saya tentang dunia sekolah, walau banyak keluarga yang berkecimpung di dunia pendidikan namun saya pribadi mengenal dunia sekolah ini barusan saja dan termasuk awam sampai saat ketika saya di undang oleh Kepala sekolah anak saya untuk didapuk menjadi pengurus komite setelah melalui pemilihan dalam rapat orang tua murid.

Singkat cerita setelah menjabat sebagai sekertaris Komite di salah satu SMA Negeri kota Tangerang saya mulai menggali seperti apakah TUPOKSI Komite Sekolah.

Ini penting sekali untuk saya dalam menjalankan peranan sehingga memiliki landasan dan sandaran sehingga tidak "offside" keluar batas dan menyalahi aturan.

Tahun ke tiga menjabat sekertaris komite saya banyak mengenal, memahami menyelami dan mengalami dinamika kehidupan insan warga sekolah. Suasana kebatinan, kekecewaan, harapan dan juga cita-cita yang tercetus dari masing-masing stakeholder pendidikan di sekolah yang kami rasakan.

Berangkat dari Cita-cita ingin memberikan yang terbaik untuk anak sebagai investasi hidup bagi orang tua di SMAN "terbaik" menurut saya saat itu, kami komite bekerja maksimal membantu Kepala sekolah selaku pengawas untuk membentuk lingkungan (environment) yang ideal bagi Pendidikan anak-anak.

Dengan bertumpu pada aturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan (PERMENDIKBUD) nomor 75 tahun 2016, kami melakukan peningkatan mutu pelayanan Pendidikan di sekolah anak kami Melalui pemberian pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan program Sekolah, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS), kriteria kinerja Sekolah, kriteria fasilitas pendidikan di sekolah, dan kriteria kerjasama Sekolah dengan pihak lain. Ini adalah inti fungsi Komite sekolah.

Melihat dan memperhatikan secara luas, banyak anggapan bahwa komite sekolah erat kaitannya dengan penghimpunan dana, penggalangan biaya dari orang tua dan atau sumber daya Pendidikan lainnya dari masyarakat.

Inilah mengapa di beberapa daerah yang kebijakan daerahnya membebaskan biaya Pendidikan (gratis), komite sekolah menjadi tidak effektif bahkan cenderung "mati Suri".

Ini kejadian nyata dan memang terjadi. Mengapa? Pertanyaan Inilah yang sesungguhnya yang akan menjadi kerangka tulisan ini.

Seperti kita ketahui dalam membangun lingkungan Pendidikan yang ideal bagi siswa, maka sekolah perlu menetapkan kegiatan pendidikan yang tentunya berkesesuaian dengan Rencana Strategis (renstra) dinas Pendidikan daerah / Provinsi dimana Sekolah berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun