Mohon tunggu...
Riski Mario J Parhusip
Riski Mario J Parhusip Mohon Tunggu... Freelancer - 5AM

5AM

Selanjutnya

Tutup

Money

Konflik Industri Iklan di Tengah Perkembangan Industri Media

1 Juni 2020   01:55 Diperbarui: 1 Juni 2020   02:00 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ekonomi media merupakan aktivitas yang berkaitan dengan cara dan usaha media dalam memenuhi kebutuhan dan keperluan hidupnya melalui bisnis atau industri media (Noor, 2010:2). 

Dapat dikatakan bahwa ekonomi media adalah kegiatan mengontrol media agar tetap dapat menjaga eksistensinya. Media menjalankan bisnis agar dapat memenuuhi kebutuhan dan keinginan (konsumsi), baik itu individu, organisasi, masyarakat dan pemangku kepentingan untuk mencari keuntungan. Untuk menjalankan hal tersebut media kemudian media mengelola pasar melalui produk yang dihasilkan kepada konsumen dan pasar iklan.

Iklan merupakan industri pelengkap dalam ekonomi media yang memiliki dua target mendasar untuk dijangkau yaitu khalayak konsumen yang mengakses media dan sebagai cara untuk berkomunikasi kepada konsumen yang telah mengkonsumsi barang atau jasa mereka. Untuk mencapai efektifitas, pihak pengiklan akan berusaha semaksimal mungkin menjangkau khalayak melalui media massa yang digunakannya untuk beriklan. Maka dari itu industri iklan dan industri media merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Industri media membutuhkan pengiklan sebagai sumber pendapatan media, sedangkan pengiklan membutuhkan sebuah media agar dapat menjangkau khalayak luas dan mengiklankan produk atau jasanya.

Hal tersebut tentu menjadi konflik bagi pengelola media agar dapat bersaing dengan media lainnya dalam menarik pengiklan. Hal tersebut berkaitan dengan apa yang dikatakan Sambo (2017:43) bahwa iklan merupakan sumber pendapatan utama media massa, apapun bentuk platform medianya. Namun di lain sisi, pihak industri iklan memiliki tantangan yang dihadapkan pada industri media tradisional (televisi, koran, majalah dan lainnya) dan media baru (internet). Di era kemajuan teknologi kini media tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat kebanyakan dan beralih kepada media baru karena kemudahannya untuk diakses yang ditawarkan.

Pada awalnya, media baru memiliki dampak yang positif bagi industri media dikarenakan dapat memberikan berbagai ruang bagi pengiklan. Namun seiring dengan berkembangnya zaman kini media baru semakin popular sehingga sulit untuk memfokuskan target khalayak yang ingin dijangkau. Hal tersebut kemudian memunculkan berbagai masalah baru yang dihadapi oleh industri iklan dalam menentukan media yang akan mereka konsumsi. Industri iklan harus pintar dalam melihat peluang dan karakteristik pasar yang dimiliki oleh masing-masing media.

Internet memang telah membentuk ruang bisnis baru khususnya bagi industri iklan yang ingin menawarkan barang dan jasa yang mereka miliki kepada khalayak. Dengan munculnya internet kini juga telah mengubah makna dari iklan itu sendiri. Seperti yang dipaparkan Sinclair (2016:23), pada saat masa keemasan media tradisional dulu pemirsa masih dihitung dengan cara melihat berapa banyak orang yang mengakses program televisi atau membeli koran dan majalah. Melalui cara tersebut angka konsumen diasumsikan sebagai konsumen yang melihat iklan pada media tersebut. Sedangkan pada iklan digital, pihak pengiklan dapat mengetahui berapa banyak orang yang mengakses iklan tersebut karena iklan bersifat interaktif dengan pengguna internet. Data yang didapatkan jauh lebih relevan jika dibandingkan dengan media tradisional yang hanya mengutamakan angka konsumen yang mengakses media tersebut.

Dengan munculnya internet kini juga telah mengubah sistem pasar konsumen setelah melihat iklan yang ditampilkan oleh media. Pada media tradisional, setelah konsumen merespon iklan yang dilihat masih harus melakukan tindakan pergi ke toko untuk membeli produk yang diinginkan. Sedangkan pada internet konsumen kini dapat langsung mengambil tindakan setelah melihat iklan ditampilkan melalui belanja online. Internet telah menghilangkan penundaan, jarak, ruang dan waktu bagi transaksi konsumen. Akan tetapi setiap media tersebut pasti memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga pada akhirnya tetap menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Pada dasarnya tujuan iklan adalah untuk mempengaruhi khalayak yang menyaksikan iklan tersebut (Noor, 2010:175). Industri iklan kini semakin dinamis mengikuti perkembangan zaman yang ada. Pihak pengiklan dapat menyesuaikan produk dan jasa mereka sesuai dengan karakter pasar yang dimiliki oleh media. Walaupun kini media tradisional telah meredup dikarenakan hadirnya media baru, namun setiap media itu telah memiliki karakter sendiri dari sisi industri media. Maka dari itu industri iklan di tengah kepentingannya untuk menjual suatu barang dan jasa tetap berusaha memaksimalkan penggunaan media yang dianggap efektif.

Dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa industri iklan dituntut untuk semakin cerdas dalam memilih media. Pihak pengiklan tetap mengutamakan dampak yang dihasilkan melalui iklan yang ditampilkan pada suatu media. Maka dari itu hal utama yang dapat dipastikan adalah meninjau kembali citra media dan karakteristik penggunanya dari latar belakang umur, ekonomi dan berbagai aspek lainnya. Industri iklan di era digital semakin selektif dalam beriklan dan menyesuaikan dengan media yang tersedia saat ini, yaitu media tradisional dan baru.

Daftar Pustaka

Noor, H. F. (2010). Ekonomi media. Jakarta, Indonesia: PT. Rajagrafindo Persada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun