Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Toleransi Sederhana

17 April 2022   21:35 Diperbarui: 17 April 2022   21:45 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Di masa kanak-kanak saya dan keluarga tinggal di kota Labuha, Bacan, Maluku Utara. Penduduknya mayoritas beragama Islam, ada juga yang beragama Katholik dan Kristen Protestan.

Saya dan adik saya bersekolah di sekolah Katholik (TK - SD Ign. Slamet Riyadi), satu-satunya sekolah Katholik di kota, selain sekolah Inpres,waktu itu. Saya sangat dekat dengan Encik Guru (guru di sekolah yang beragama Katholik) dan disayangi, begitupun dengan Oom Nur guru mengaji di sekitar tempat tinggal kami.

Ibu saya bilang penduduk muslim dan penduduk Kristen dan Katholik di kota Labuha tinggal di wilayah yang berbeda. Sedangkan di perkampungan semua masyarakatnya, yang Muslim dan Nasrani , tinggal berbaur. Kita bisa membedakan agamanya saat penduduk muslim pergi salat berjamaah ke masjid. Atau di hari Jum'at dan Minggu. Pada hari Jum'at dan Minggu. 

Pada hari Jum'at saudara-saudara yang Muslim pergi salat Jum'at ke Masjid. Pada hari Minggu saudara-saudara yang beragama Kristen atau Katholik pergi untuk Kebaktian atau Misa di Gereja. Kami hidup rukun dan damai, tak pernah ada pertikaian dan keributan saat itu.

Setiap Hari Raya Idul Fitri dan Natal teman-teman selalu berkumpul di rumah kami, untuk saling berbagi cerita dan hadiah. Ibu selalu menyediakan sajian makanan dan minuman kesukaan anak-anak.

Setelah kami pulang ke Garut, tinggal di Gg. Rapih, Jl. Ranggalawe. Di depan rumah kami tinggal Ko Kim Fung dan Ci Eeng yang beragama Kristen Advent Masehi. Mereka mempunyai dua anak, Christian dan Andreas. Christian mempunyai kakek yang dia panggil A Tah (saya ikut-ikutan memanggil beliau A Tah). Kakek ini beragama Kong Hu Cu (seingat saya). Ko Kim Fung mempunyai toko kecil yang menyatu dengan rumah. Keluarga ini sangat baik dan ramah di lingkungan kami.

Di belakang rumah kami tinggal keluarga lain yang beragama Kristen Protestan, mempunyai anak perempuan bernama Island dan anak laki-laki yang dipanggil Iyang. Orang tua Island mempunyai pabrik kue bolu. Keluarga Island pun sangat baik kepada para tetangga.

Para tetangga pun sangat baik kepada keluarga Christian dan Island, padahal di sebelah selatan rumah kami ada keluarga yang mungkin sekarang disebut Islam radikal. Tetapi perbedaan agama dan keyakinan di antara kami dulu tidak pernah menjadi konflik sekecil apapun.

Di waktu senggang saya sering mengasuh adik bungsu saya, Christian, Andreas, Island, Iyang, dan anak-anak tetangga yang lain, yang selalu berkumpul dan bermain di rumah kami.

Begitupun ketika kami tinggal di sebelah Palm Regency, di Karangpawitan, di sebelah timur kota Garut.Penduduknya memperlakukan Pak Julius sangat baik. Pak Julius seorang guru di sekolah Kristen, tinggal bersama istri dan anak laki-laki bernama Alfis dan seorang anak perempuan. Beliau sering berkunjung ke rumah dan kebun kami.

Jauh di masa-masa sebelumnya di daerah itu Aki dan Nini saya ceritanya sangat baik kepada teman-temannya yang beragama Katholik, Kristen Protestan  dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun