Bagi masyarakat kota Bandung mungkin pernah atau sering melalui Jl. Asia-Afrika.Di sekitar jalan itu yang menuju ke alun-alun dan Masjid Agung di sebrang Hotel Homan Bidakara, dan di sisi lain di Jl. Braga, akan kita jumpai gedung megah bersejarah Gedung Merdeka.
Di masa lalu dari tanggal 18-24 April 1955 di Bandung berlangsung Konfrensi Asia-Afruka yang berperan penting bagi kehidupan bangsa-bangsa Asia-Afrika. Tak hanya kebangkitan 29 negara peserta Kongres Asia-Afrika, gaungnya pun sangat berarti bagi negara-negara lain di kawasan Asia-Afrika.
Pada tahun 1955 Maroko,Tunisia, dan Sudan menyatakan kemerdekaannya,kemudian Ghana pada tahun 1957,Guyana pada tahun 1958, disusul Mauritania, Mali,Niger,Togo, Dahomei,Chad, Senegal,Pantai Gading,Volta Hulu,Gabon,Nigeria, Kamerun,Afrika Tengah, Somalia,Kongo (Belgia), Kongo (Perancis), dan Malagasi pada tahun 1960.
Berdasarkan Piagam Atlantik (1941) dan Piagam San Francisco (1945) yang menjunjung tinggi hak azasi manusia, Indonesia mencetuskan gagasan Konfrensi Asia-Afrika di Konfrensi Kolombo yang bertujuan menuntaskan masalah Vietnam.Perdana Mentri Indonesia saat itu Ali Sastroamidjoji mewakili Indonesia,Perdana Mentri India Pandit Jawaharlal Nehru,Perdana Mentri Pakistan Mohammad Ali, Perdana Mentri Burma (sekarang Myanmar) U Nu, dan Perdana Mentri Sri Lanka Sir John Kotelawa, sepakat menyelenggarakan Konfrensi Asia-Afrika.Para Perdana Mentri itu berjumpa kembali di Bogor. Konfrensi di Bogor menyepakati penyelenggaraan  Konfrensi Asia-Afrika.
Pada tahun 1955 kota Bandung, Ibu Kota Provinsi Jawa Barat,telah dikenal mancanegara, bahkan melahirkan sejarah yang sangat luhur bagi hak azasi manusia, menjadi bagian sejarah Indonesia dan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
Konfrensi Asia-Afrika bertempat di Gedung Merdeka dengan tujuan menciptakan perdamaian dan ketentraman hidup bangsa-bangsa di kawasan Asia-Afrika.
1). Memghormati hak dasar manusia sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB.
2). Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua negara.
3). Mengakui persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4). Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah dalam negara lain.