Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Operasi Produk Belanda Tahun 1947

24 Januari 2020   15:32 Diperbarui: 24 Januari 2020   15:34 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Monumen Purwa Aswa Purba. Monumen lokomotif uap TC 1008 di halaman Stasiun Bandung, bekas kendaraan yang digunakan untuk menarik padi di jalur Cimalaya. Saksi bisu perebutan pangan selama agresi militer Belanda tahun 1947. Dokumentasi Pribadi.

screenshot-2020-01-21-20-28-53-1-1-5e2a8e93d541df35fd09bf12.png
screenshot-2020-01-21-20-28-53-1-1-5e2a8e93d541df35fd09bf12.png

Foto Dokumentasi Pribadi

Upaya penjajahan kembali Indonesia oleh Belanda dimulai pada tanggal 4 Oktober 1945, sehingga membuat Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta pada bulan Januari 1946. Tetapi distribusi pangan ke Yogyakarta tersendat karena sarana angkutannya banyak yang tidak optimal dan para tenaganya tersedot perang menghadapi pasukan Belanda. 40% jalur kereta api tercabut, 50% lokomotif rusak, 70% truk dan mobil yang sebelum perang sudah ada lenyap (25% rusak berat).

Antara tahun 1945-1946, sebagian besar negara Eropa, Asia Timur dan Tenggara,Indonesia, masih terdampak Perang Dunia II. Pasokan produk pangan di dunia menjadi langka.

Penulis sejarah, Kodar Solihat ( 2015) memaparkan, Pierre van der Eng dalam tulisannya berjudul Foid Supply in Java during War and Decolonization 1940-1950, yang arsipnya disimpan di Munich Personal rePEc Jerman, mengungkapkan, " Selama tahun 1944-1948, cadangan pangan di Pulau Jawa dalam kondisi terendah. Ini akibat pendudukan pasukan Jepang selama Perang Dunia II (1942-1945), pembumihangusan pada masa bersiap (September 1945-pertengahan 1946), dan agresi militer Belanda " Operasi Produk tahun 1947"."

Produktifitas areal tanaman pangan di wilayah kekuasaan Republik Indonesia antara tahun 1945-1949 anjlok, karena pengaruh berantai kerusakan parah hutan akibat pembabatan pohon-pohon besar-besaran untuk dijadikan kayu bakar. Apa lagi saat itu Republik Indonesia tidak punya pasokan batu bara untuk bahan bakar lokomotif penarik kereta api, sehingga bahan bakarnya menggunakan kayu bakar. Kerusakan hutan paling parah terhadap cadangan pangan terjadi di Jakarta, Bogor, dan Bandung. Padahal kesinambungan pangan mandiri menjadi andalan tiga daerah ini, karena penduduknya sudah sangat banyak untuk ukuran saat itu.

Di Indonesia pada bulan November - Desember 1946,  wilayah yang diduki Belanda membutuhkan pasokan beras 20.000 ton per bulan, impor beras hanya bisa memenuhi 1.500-1.700 ton per bulan. Blokade laut Belanda terhadap wilayah perairan Indonesia pada bulan Januari 1947 mempertajam konflik penguasaan  cadangan pangan dengan Republik Indonesia. Sehingga pemerintah Belanda menyatakan kondisi darurat pangan di Jakarta dan sekitarnya, di samping mewabahnya penyakit malaria. Tetapi di Bandung dan Bogor umumnya mengalami kecukupan pangan.

Pada bulan Januari 1947 di Pulau Jawa terjadi puncak krisis kekurangan pangan, akibat Perang Dunia II dan Perang Kemerdekaan Republik Indonesia. Terutama setelah Belanda memblokade perairan laut Indonesia. Tetapi blokade ini memberi peluang bagi beberapa wilayah yang dikuasai Republik Indonesia khususnya di pulau Jawa untuk menguasai sumber pangan, hasil bumi mentah dari perkebunan dan kehutanan, industri, dan sarana perhubungan. Sehingga pada masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia dari tahun 1045- Desember 1946, wilayah-wilayah di pulau Jawa yang diduduki Belanda kekurangan pangan dan bahan-bahan kebutuhan industri.

Setelah perjanjian Linggarjati di Cilimus, Kuningan, ditandatangani perwakilan-perwakilan Indonesia-Belanda pada tanggal 25 Maret 1947, Belanda kepayahan mendapat pasokan pangan, dan melanggar perjanjian itu.

Sumber pangan dan hasil bumi diperebutkan Republik Indonesia dan Belanda. Belanda melancarkan operasi produk ( agresi militer) dari 21 Juli-5 Agustus 1947,  untuk menguasai kembali sumber pangan, sumber daya alam, industri, sarana perhubungan dan lain-lain.

Selama dilancarkan operasi produk (agresi militer Belanda I) yang dimulai pada saat matahari terbit tanggal 21 Juli 1947, kota Bandung, Cirebon, Ciwidey, Garut, Bogor, Semarang, Surabaya, dan lain-lain, menjadi sasaran. Karena daerah-daerah tersebut merupakan pusat produk pangan, perkebunan, industri, perhubungan,...Belanda mengerahkan kurang lebih 90.000 tentara (campuran orang-orang Belanda dan orang-orang Indonesia yang pro Belanda).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun