Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Roastery" Kopi Bumerang

20 Juli 2019   06:33 Diperbarui: 20 Juli 2019   06:50 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumentasi Dedy Kurniawan.Ia mengizinkan saya mengupload foto ini.

Blend Filosofi Kopi & Bumerang

Ketika  kita mencintai seseorang kita akan berusaha sekuat tenaga, pikiran, perasaan, dan cinta untuk meraihnya agar bisa menjadi milik kita untuk selamanya. 

Begitupun kalau kita mencintai sesuatu. Ini terjadi kepada rekan saya Dedy Kurniawan yang mencintai dunia kopi dan olah raga lempar bumerang. Dia rela meninggalkan pekerjaannya untuk menekuni kopi dan bumerang, sehingga menginspirasi jalan hidupnya. 

Meskipun dari awal langkahnya harus mengalami pasang surut, naik - turun,kegagalan - keberhasilan, silih berganti. Dia  memaparkan kisah pengalamannya kepada saya.

Saya tertarik dengan kopi karena dari kecil sudah kenal kopi. Papa seorang pekerja di kilang minyak dengan rutinitas jadwal shift pagi, siang, sore. Tentunya bagi beliau kopi menjadi teman setia saat beraktifitas di lapangan. Pastinya aroma kopi selalu terhirup setiap seduhannya bila beliau di rumah. 

Lama-lama saya ikut meminumnya. Nah, saya sejak merantau sekolah SMA, ikut pecinta alam, dan smoker juga, kopi jadi teman setia. Sampai bekerjapun kopi mendominasi di lapangan, begitupun saat menjadi surveyor, travelling, terpanah kopi. 

Saat di Tana Toraja melihat kebun kopi Toraja sampai ke tempat penggilingan kopi sangrai. Yang freshnya saya beli untuk dibawa ke mana-mana.

Waktu saya pindah lokasi kerja ke Jakarta, saya yang pada dasarnya tukang ngoprek tidak bisa diam, harus ada aktifitas bila weekend. Sebelum pindah, saat masih di Manado, aktifitas weekend saya aero  modeling RC, dan sangat suka main musik terutama meniup saxophone. 

Namun di Jakarta aktifitas tersebut tidak bisa jalan, lapangan susah dan jauh. Mau niup saxophone, sampai mencari club jazz di Tebet, dan di daerah Senayan Plaza,  masalahnya waktu jamzsession menciutkan nyali karena banyak artis  jazz dan gak berani tampil. 

Kemudian saya berpikir sudah bawa saxophone nggak berani niup di panggung, kenapa nggak membuat panggung sendiri. Bisa main musik tiup sepuasnya. Kenapa nggak  buka cafe sendiri. Lanjut buka cafe, kita nggak mungkin jual miras kan. 

Jual apaan? Kopilah yang terpikir saat itu. So otak ini kita setting jualan kopi, gegara bermusik,  alunan jazz music, jamz niup sax, trumpet, trombon, any brass equipment..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun