Mohon tunggu...
Kiki Handriyani
Kiki Handriyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis freelance, Founder Blogger Mungil (Blogger Mungil), Kontributor di media online. Sudah menerbitkan beberapa buku. Buku solo terbit 2010 yaitu sebuah novel "Jadikan Aku Yang Pertama", kemudian buku antologi bisnis berturut-turut.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pak Menteri Ngariung: Dialog Konstruktif untuk Kemajuan Bahasa, Sastra, dan Literasi

11 November 2024   10:35 Diperbarui: 11 November 2024   10:40 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dunia yang merdeka adalah dunia sastra. Imajinasi indah yang melampaui semua batas-batas yang terkadang dikungkung oleh ruang." kata Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu'ti saat mulai berdialog dengan para tokoh bahasa, sastra, dan pegiat literasi, Sabtu, 9 November 2024 bertempat di Panggung Terbuka Badan Bahasa, Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta Timur, mulai pukul 19.00 hingga 21.30.

Pak Menteri juga menceritakan masa mudanya bahwa beliau juga menikmati karya sastra lama seperti Ronggeng Dukuh Paruk, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Siti Nurbaya, dan karya Taufik Ismail yang dimuat di majalah Horizon, pernah menjadi bacaan wajib saat masih bermukim di Kediri.

"Pak Menteri Ngariung" adalah salah satu program diskusi konstruktif untuk mendengar dan menampung pandangan serta masukan penting bagi perkembangan bahasa, sastra, dan literasi. Berbagai persoalan pelik dunia perbukuan, bahasa, sastra, dan kesejahteraan penulis menjadi topik utama dialog dua arah antara pemerintah dan masyarakat.

Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia memiliki peran penting dalam sistem pondasi lahirnya generasi muda yang berkualitas. Untuk menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan akan kualitas bahasa, sastra, dan literasi, perlu dirumuskan dasar penyusunan kebijakan pendidikan literasi pada masa yang akan datang.

Salah satu masukkan dari para tokoh adalah bukan minat baca yang rendah tapi harga buku yang masih terhitung mahal untuk sebagian besar masyarakat. Usulan agar pemerintah memberikan subsidi penerbitan buku hingga pendistribusiannya agar merata mencuat agar buku dapat terserap hingga ke pelosok daerah dan dinikmati oleh berbagai kalangan usia dan pendidikan.

Dokpri
Dokpri
Pak Menteri menambahkan bahwa penulisan karya sastra pun kini harus digalakkan kembali untuk mengulang masa kejayaan karya sastra seperti Angkatan Pujangga Lama dan Pujangga Baru. Harapan munculnya generasi bangsa yang membangun negeri lewat karya sastra hebat, tentunya perlu penguatan kerjasama publikasi antar kementerian. Selain buku -buku teks yang menjadi bagian dari mata pelajaran di kelas dan sekolah, Kemendikdasmen beserta jajarannya kini tengah mengupayakan makin banyak bacaan-bacaan di luar buku teks yang dapat diterbitkan dan dinikmati secara gratis oleh anak-anak di seluruh Indonesia.

Kurangnya buku bacaan dan daya serapnya yang belum merata, bukan menjadi satu-satunya persoalan. Gempuran teknologi digital yang begitu cepat membuat media cetak gulung tikar. Koran dan majalah yang sempat mewarnai dunia literasi Indonesia terpaksa harus kalah oleh persaingan kapitalis. Padahal media-media cetak tersebut yang menumbuhkan kecintaan pada satra, salah satunya majalah Horizon, majalah kiblat sastra Indonesia.

Tokoh sastra yang hadir berharap majalah sastra Horizon kembali diterbitkan sebagai bagian dari upaya menumbuhkan kecintaan generasi muda pada sastra dan literasi. Untuk menghasilkan karya sastra tentunya kesejahteraan penulis perlu menjadi bagian pembahasan pemerintah. Sebagai garda depan lahirnya karya sastra yang mampu menggeliatkan kembali dunia literasi, pemerintah perlu membuat program penghargaan untuk penulis berupa dukungan keuangan.

Dokpri
Dokpri

Pipiet Senja, penulis yang sudah malang melintang di dunia literasi selama 40 tahun, masih terus berjuang menyebarkan virus menulis kepada para TKI di Hong Kong, Dubai, Malaysia, Taiwan, meskipun dalam kondisi keuangan dan kesehatan yang kurang baik.

Naning Pranoto, Gola Gong, dan para tokoh sastra serta literasi lainnya yang hadir, tidak pernah lelah dan terus menyebarkan kecintaan pada sastra dan literasi, meski dukungan dari pemerintah belum memadai. Dengan adanya dialog konstruktif "Pak Menteri Ngariung" tentu membawa angin segar dan harapan agar di bawah kepemimpinan Pak Menteri, dunia sastra dan literasi membawa perubahan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun