Mohon tunggu...
Kiki Ambarizki
Kiki Ambarizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - ♡

Done better than perfect, practice make perfect.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sebuah Noktah (19)

2 Juni 2023   18:50 Diperbarui: 2 Juni 2023   18:57 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kreasi Canva Kiki Ambarizki

Setelah bersantap bersama dengan nasi ayam yang tentu sedikit aneh bagi lidah mereka yang tidak pernah menyantapnya. Nasi yang berempah dengan ayam goreng tapi sedikit basah seperti ayam ungkep, kemudian ada kuah seperti sup dengan plastik kecil yang hanya berisi air, layaknya kuah bakso tapi berbeda rasanya dan ada lalapan yang berisi timun. Mereka kembali bergegas ke kamar untuk merapihkan apa yang perlu dirapihkan. Dan para agentpun sudah pulang.

Waktupun sudah menunjukkan malam, yang menjadi hal mengejutkan lagi disini adalah mengenai waktunya. Jika di Indonesia jam 6, 7 sudah gelap, maka di Malaysia masih layaknya sore hari yang masih dengan cahaya yang terang tanpa beralaskan lampu-lampu sebagai penerang malam. Hal ini menunjukkan perbedaan yang tentu tidak sama dengan perputaran waktu yang biasa diterima di Indonesia.

Hari itu mereka menikmati malam dengan lamunannya masing-masing dibalik katil (Kasur), betapa tidak percayanya mereka sudah berada di negara yang berbeda sekedip mata. Kemudian, dilanjut dengan saling tatap dan bercerita alasan mereka bisa sampai kesini. Tentu bukan lain adalah untuk melarikan diri dari betapa kejamnya semua hal yang diterima dan untuk terlepas dari hal yang mengerikan didalamnya.

Dari beberapa cerita yang diterima, mereka melakukan merantau jauh sebagai pelarian dari keluarganya, Evelin yang diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya yakni ibunya yang selalu memberikan kalimat yang tidak baik padanya, ayahnya sudah meninggal sejak dia sekolah SMK dan hampir semuanya adalah mengenai rumah, rumah yang bukan rumah.

Semuanya bagi mereka rumah adalah neraka, kaylapun sama dengan mereka, menganggap bahwa kepergiannya adalah bentuk dari pelariannya. Melarikan diri dari berbagai cacian dan hinaan yang menimbulkan luka yang parah. Sehingga buntu, dan menemui jalannya disini, bekerja sebagai Operator Mesin dengan produksi Chips Resistor. Selang bercerita dengan mereka semua, akhirnya merekapun terlelap di kamar masing-masing dan paginya mulai pengarahan untuk ke tempat kerja.

Jam kerja adalah 12 jam mulai dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam, pun sebaliknya ketika shift malam. Disini hanya terdiri dari 2 shift. Pagi ini dimulai dengan antri mandi, kayla urutan paling pertama karena dia paling tidak bisa diburu-buru, dengan mandi pertama tidak ada yang mau berebut karena kebanyakan inginnya mandi diurutan terakhir supaya bisa lanjut tidur sambil menunggu yang mandi selesai. Kamar mandi ada 3, khusus kamar besar, kamar mandi berada di dalam dan yang 2nya berada diluar.

Pertama bekerja, menggunakan bus yang sudah tersedia, berangkat dengan kartu khusus bus tersebut. Sampai di kilang (Pabrik) mereka mulai pengenalan dengan belajar resisten seperti ohm, mega ohm, kilo ohm dan lain-lain ini berfungsi nanti ketika measurement produk yang hampir jadi sebagai penanda produk tersebut memiliki aliran yang bagus dan tepat.

Pertama kali belajar, kayla dan kawan-kawan diajarkan oleh Kak Nay yang membolehkan untuk mereka tidur ketika sudah mengerjakkan tugas yang diberikan. Setelah Kak Nay mengajar barulah Kak Faiz yang mengajar mereka. Tentu matanya melotot semua karena tuan muda yang mengajar mereka, perawakan asli Malaysia dengan postur tubuh laki-laki handsome pada umumnya dan nilai positifnya beliau mengajar dengan sangat detail sehingga dapat dimengerti dengan cepat.

Setelah hampir seminggu belajar di kelas, mereka diarahkan untuk mulai mencoba baju seragam dan diberikan jumpsut untuk di dalam ruangan. Belajar di kelas dengan langsung di tempat sedikit berbeda dan agak menyeramkan jika partner senior yang didapatkan jutek dan pendiam.

Kayla mendapatkan senior dari bagian resistive, dia senior asli orang Medan. Entah kayla yang pasif atau memang dianya juga pendiam, sepanjang jalan kayla memperhatikan jalannya mesin, dan mengikuti apa yang diajarkan walaupun dengan mimik muka Kak Martha yang jutek dan seperti ingin menelannya. Kayla mencoba memberanikan diri untuk mengobrol dengan si Medan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun