Mohon tunggu...
Kiki Ambarizki
Kiki Ambarizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - ♡

Done better than perfect, practice make perfect.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kota Traumatik (4) Selesai

13 November 2022   01:51 Diperbarui: 13 November 2022   03:04 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya, aku gak punya aplikasinya mas. Gimana to?" Ucap agata kebingungan sambil masih berkabar dengan bkknya, dan tiba-tiba kuotanya habis. Alah sialan.

"Mbaknya mau kemana? Sini saya pesankan saja grabnya." Dengan murah hati menawarkan

"Sebentar mas, maaf nanya lagi. Disini ada konter gak? Aku perlu kuota soalnya. Pulsaku abis. Nanti aku susah untuk berkabar mas." Kembali bertanya

"Itu mbak dikit lagi didepan ada konter." Sambil menunjuk ke arah samping badannya

"Oh nggih mas, makasih. Aku beli dulu kuotanya abis itu aku kesini lagi. Bentar ya mas." Berpamitan sambil terburu-buru berjalan

Sampai di konter tersebut, agata malu setengah mati, di toko tersebut banyak sekali perempuan dan laki-laki. Dengan wajah yang seperti itu rasanya ingin segera menghilang seperti layaknya menemui pintu ajaib yang sekali tring. Namun, apalah daya dia tetap melawan malunya karena untuk kebaikannya. Dibelilah kuota tersebut 50 ribu, setelah itu kembali berjalan. Namun setelah di cek tidak ada pulsa yang masuk. Baru saja ia mengingatnya, itu bukan nomernya melainkan nomer adiknya. Sial bukan kepalang sial, sudah jatuh masih saja tertimbun bebatuan. Baliklah lagi agata ke konter tersebut selepas melangkahkan kaki lumayan berjarak dari toko itu, namun kembali nahas, sendalnya copot sebelum sampai ke konter. "Sialannnnnn, sial sudah hidupku mana keberuntungan? kenapa daritadi sial melulu ya ampun. Mau ketawa, tapi lagi sendirian tapi ini lucu banget lagi. Malu woiiii make sendal terputus begini." Agata masih mencoba melawan rasa malunya sebab kalah dengan ketakutannya masih dikejar lagi. Orang konterpun tertawa "lah mbak balik lagi? Ya ampun nomernya nomer adiknya? Untunglah adiknya hehe." Ucapnya dengan senyuman tipis

Selepas membeli kuota, mas di toko minimarket tersebut menghampiri dengan sepeda motornya. "Mbak, gimana tadi? Di kejer lagi? Saya khawatir tadi pas mas itu datang-datang mau menampar mbaknya. Mbak amankan? Saya daritadi kepikiran takut kenapa-kenapa. Udah saya anter saja ke stasiunnya. Udah naik dulu aja mbak." Ucapnya dengan rasa iba, sambil duduk di motor.

"Gapapa mas, udah gapapa. Saya sendirian aja mas gak enak nanti ngrepotin soalnya." Agata dengan nada menolak

"Gak mbak, gak ngrepotin. Saya seneng kalau bisa nolongin mbak. Masalahnya ini udah mulai malam mbak gelap. Mbak perempuan bahaya di jalan sendirian. Tenang aja mbak saya bukan orang jahat, saya juga punya anak perempuan. Saya juga dulu merantau mbak, paham betul rasanya kalau lagi kesusahan." Ucapnya terus meyakinkan

"Gapapa toh mas aku ikut? Nanti aku bikin repot." Masih dengan segannya

"Gapapa mbak, kita iki saudara harus saling bantu. Sesama manusia iki saudara. Kasian mbaknya ini udah mulai gelap. Udah gak usah takut aku mau anter ke tempat nungguin busnya aja. Kalau emang mbaknya mau segera pulang." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun