Mohon tunggu...
Kiki fatmawati
Kiki fatmawati Mohon Tunggu... Guru - Aktivis Literasi

Aktivis Sosial - Fakir Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

"YUNNI", Solusi Minat Bertani Melalui Pendidikan Sains

7 Oktober 2022   23:07 Diperbarui: 7 Oktober 2022   23:44 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Oleh: Kiki Fatmawati

Bangsa yang maju tentu ditandai oleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang juga relatif tinggi, sehingga berdampak terhadapkemajuan dibidang-bidang lainnya. Ekonomi yang maju pada suatu Negara akan mempercepat kemajuan dibidang IPTEK, pendidikan, kesehatan, sosial budaya dan lain-lain. Bangsa yang mandiri dapat ditandai oleh kemampuan bangsa dalam membangun dan memelihara kelangsungan hidupnya berlandaskan kekuatan sendiri. Adapun kesejahteraan pada taraf paling awal ditandai oleh terpenuhinya kebutuhan dasar yang paling pokok yakni meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Berbicara mengenai pangan salah satunya yakni erat kaitannya dengan dunia pertanian. Sebagaimana Indonesia yang dijuluki sebagai Negara agraris. Maka pertanian Indonesia menjadi salah satu faktor yang harus dibenahi.

Pertanian merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Pertanian merupakan salah satu aspek penting yang menyangkut perekembangan ekonomi dan industri suatu Negara. Sejarah sendiri mencatat bahwa adanya dunia pertanian lahir jauh sebelum terjadinya revolusi industri. Namun setelah muncul revolusi industri pada tahun 1750-1850 dunia Pertaniaan seolah mulai terbelangkalai. Masyarakat mulai beralih ke dunia industri dan mengesampingkan dunia pertanian. Sehingga hal ini menyebabkan produksi pertaniaan menurun. Paradigma baru pun mulai tertancap pada mindset Pemuda, bahwa dunia industri lebih berperan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara dan muncul stigma bahwa dunia industri lebih bergengsi daripada dunia Pertanian. Lahan-lahan pertanian pun di Indonesia mulai berkurang karena digunakan untuk membangun perumahan dan tempat perindustrian.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2013), terdapat 31 juta jiwa yang berprofesi sebagai petani dari total 240 juta jiwa penduduk indonesia. Sedangkan menurut Bustanul Arifin (2013), rata-rata usia petani di Indonesia adalah 52 tahun, dimana diusia tersebut tenaga dan produktivitas seseorang akan menurun ketimbang ketika masih muda. Hal tersebut dapat kita lihat saat ini dimana para Pemuda Desa yang lebih memilih mengadu nasib di kota daripada menjadi Petani di Desa, padahal orang tua mereka berprfofesi sebagai Petani. Pemerintah harus mampu mewujudkan Indonesia yang swasembada, yaitu kebutuhan pangan dalam Negeri dapat tercukupi oleh Negeri sendiri. Hal pertama yang harus dilakukan Pemerintah adalah menghidupkan kembali dunia pertaniaan dengan menumbuhkan minat untuk bertani pada kalangan muda yang mulai memudar. Karena pada usia muda merupakan usia yang sangat produktif. Sedangkan Petani Indonesia rata-rata berusia diatas 50 tahun. Jika kita melihat keadaan Pemuda saat ini mereka akan gengsi jika menjadi Petani dan lebih suka bekerja di kantor dan pabrik. Selain itu, pertanian dirasa mampu memperbaiki permasalahan kesehatan, mengingat sehat akan terimplementasi melalui makanan apa yang dikonsumsi oleh masing-masing individunya. Mewujudkan Negara yang menerapkan healthy lifestyle mulai dari makanan yang dikonsumsi dan hal ini dapat terus berlangsung apabila generasi muda yang dilibatkan. Karena Generasi Muda adalah tolok ukur kemajuan sebuah Negara dan cita-cita bangsa berada pada Pemuda yang sehat.

Benarkah Sains Mampu Berperan di Bidang Pertanian?

Perkembangan Sains data dan informasi sangat cepat dan memegang peran penting saat ini dan masa depan. Hal ini karena semua aktivitas manusia nantinya akan tergantung pada ketersediaan data dan informasi yang berkualitas. Peran sains data dan informasi di era industri 4.0 inipun juga dirasakan di bidang pertanian modern sebagai salah satu upaya mewujudkan metode pertanian cerdas melalui pemanfaatan teknologi. Indonesia sebagi negara pertanian yang memproduksi serta mengkonsumsi hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk, saat ini masih menggunakan teknologi yang tradisional mengandalkan kondisi kesuburan tanah. Padahal, dengan potensi tersebut Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil pangan terbesar di dunia jika mampu memanfaatkan teknologi maju yang dapat mendukung produktivitas, efisiensi dan efektivitasnya.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Sains Data dan Informasi, berkontribusi dalam perkembangan smart agriculture yang berfokus pada berbagai riset dalam menghadirkan berbagai aplikasi yang dapat mendukungnya. "Data sains di bidang pertanian akan sangat berperan dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian di tengah keterbatasan lahan, air dan penyubur, sementara dilain sisi populasi penduduk semakin meningkat," jelas Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika, Budi Prawara. Dunia pendidikan memiliki peran yang serupa khususnya dalam pendidikan sains. Menciptakan para saintis sejak dini yang dimulai dari lingkungan sekolah. Bila kita lihat kembali, sebelumnya telah dijelaskan bahwa setiap mata pelajaran menuntut kompetensi yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan kehidupan. Pembelajaran sains dapat dijadikan sebagai pendekatan untuk membangun moral, karakter dan akhlak mulia. Melalui pendidikan sains peserta didik akan mengenal dirinya sendiri dan Tuhannya.  

Konsep YUNNI dalam Menumbuhkan Minat Bertani

YUNNI (Youth And Agriculture In Unity) merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menumbuhkan minat Pemuda untuk bertani. YUNNI sendiri diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada di negeri ini yaitu bahwa pemuda saat ini banyak yang enggan menjadi petani muda. Sasaran dari gagasan ini yaitu pemerintah, masyarakat dan pemuda. Sehingga agar tujuan dari metode ini berhasil maka seluruh komponen yang terlibat dalam gagasan ini harus benar-benar maksimal dalam pelaksanaannya. . YUNNI sendiri terdiri dari beberapa langkah yaitu:

Exactness Policy

Exactness Policy merupakan ketepatan sebuah tindakan yang berkaitan dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat luas, dalam hal ini adalah pada sektor pertanian. Pemerintah harus mengerti apa saja permasalahan yang terjadi di lapangan, jangan sampai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh petani. Sebelum membuat kebijakan yang terkait dengan pertanian pemerintah harus melakukan observasi kelapangan dan melakukan audiensi dengan petani untuk mengetahui permasalahan mereka dalam bertani. Setelah menemukan permasalahan yang dihadapi, selanjutnya adalah melakukan kajian terhadap permasalahannya untuk menemukan solusi. Misalnya permasalahan utama yang sering dihadapi petani adalah masalah irigasi (republika.co.id, 2015), dalam hal ini untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah bisa memperbaiki bendungan yang ada di masyarakat petani atau memasang pompa hidram dan perbaikan saluran irigasi dengan memberikan bantuan dana serta memberikan rancangan sistem irigasi yang baik. Melalui kebijakan publik pada sektor pertanian yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang ada nantinya akan mampu meberikan perubahan yang signifkan, sehingga produktivitas hasil pertanian meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun