Mohon tunggu...
Kifayatul ahyar
Kifayatul ahyar Mohon Tunggu... Jurnalis - Kontributor NU Online Banyumas - Cilacap

Penikmat Kopi dan Fotografi dan berminat pada dunia digital marketing, penyuka perjalanan di ahyar.web.id dan penjaga tbmajibarang.my.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raisa Mbojo, Suyar Galao

5 September 2017   08:59 Diperbarui: 5 September 2017   09:03 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: showbiz.liputan6.com

Raisa Mbojo, Suyar Galao

Adzan maghrib berkumandang, Suyar berlari tergopoh-gopoh menuju rumah Kiai Jebul. "Kiai..kiai...," teriak Suyar sambil nyelonong masuk kedalam rumah.

"Ada apa Mas Suyar,?" jawab Kiai Jebul santai. "Mau tanya soal Rohingya, ra ngerti aku," lanjut Kiai Jebul menatap Suyar dengan senyumnya ciut.

"Anu kiai,"

"Anu Apa, yang jelas kalau bicara,"

"Saya sedang merasa sedih sekali kiai. Seperti kesambar gledeg di siang hari, hati saya hancur berkeping-keping, jiwa saya yang semula gembira, sekarang menjadi gundah gulana, hidup saya hancur, raga ini hidup tapi jiwa ini telah mati, saya galau sekali kiai, saya tak kuat menahan beban ini, tolong saya kiai,"

"Hahahhahahaha," tawa Kiai Jebul sektika meledak, Suyar geleng-geleng kepala.

"Lucu apa,?" tanya Suyar heran.

"Bukan lucu lagi, tapi kocakkkkkkkk syuuuuuuuu, hahahahaha,"

"Loh bukankah itu normal kiai, setiap manusia mempunyai rasa cinta kepada manusia yang lain, setiap manusia juga berkah untuk mencintai dan dicintai, bahkan Gusti Allah juga telah berkata dalam kitab sucinya bahwa manusia diciptakan dengan berpasang-pasangan,"

"Saya ini laki-laki yang normal, Saya juga mencintai seseorang perempuan," tegas suyar kepada Kiai Jebul yang masih asyik menertawakannya.

"Lantas, sing gawe koe sedih nyampe nagis-nagis kue apa, kikikikikikik" tanya kiai Jebul dengan nada seperti serius.

"Lah itu masalahnya, perempuan yang saya cinta itu lebih memilih orang lain ketimbang diriku,"

"Bukannya itu bagus, he he he he," ledek Kiai Jebul.

Suyar pun semakin geram mendengar jawaban kiai Jebul yang malah semakin meledek itu, bukannya memberi solusi malah semakin membuat runyam dihati. Padahal Suyar sangat berharap bahwa hanya Kiai Jebul, gurunya satu satunya itulah yang akan memberikan solusi dan mententram kan suasana hatinya.

Namun apa yang diharapkan itu seolah pupus sudah, seperti kiash cintanya pada seorang perempuan yang telah membuatnya mampus.

"Emang siapa jade wadon kue syuuu,"

"Emmm..... itu kiai...,?"

"Sapa,?????" tegas Kiai Jebul.

"Emmm....... itu kiai,"

"Raisa....., he he he he he,"

Sekian.

Kifayatul Ahyar

Kalitepen, 4 September 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun