Mohon tunggu...
Mas
Mas Mohon Tunggu... Freelancer - yesterday afternoon a writer, working for my country, a writer, a reader, all views of my writing are personal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances— Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apa yang Anda Bicarakan Saat Membaca Berita?

14 Januari 2022   18:31 Diperbarui: 14 Januari 2022   18:39 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah "berita" yang kita kenal sekarang masih memiliki nilai? Rolf Dobelli, seorang pemikir kritis Swiss, mengatakan dia berhenti membaca berita 10 tahun yang lalu. Sungguh pesan yang tidak menyenangkan bagi jurnalis, dan pesan yang tidak menguntungkan bagi industri media. Selama hampir dua abad jurnalisme telah membantu membentuk, atau setidaknya menafsirkan, dunia modern melalui surat kabar, radio, televisi, dan sekarang, internet. 

Baca: Media Siber Memerangi Korupsi Secara Daring

Namun Dobelli tidak percaya bahwa dunia menjadi lebih baik melalui jurnalisme. Baginya, pemberitaan saat ini hanyalah "penyakit" otak dan membawa dua hal negatif. 

Pertama, membaca berita hanya melatih otak kita "untuk membaca sepintas, berselancar, mencerna dengan sangat cepat dan tidak mendalam", demikian tulisnya dalam buku terbarunya Stop Reading the News. 

Kedua, konten berita cenderung kebanyakan negatif, yang menyebabkan stres kronis. Ini memiliki dampak negatif yang sama pada tubuh kita seperti gula pada darah kita.

Usulan Dobelli mungkin menjengkelkan perusahaan media, terutama para pemimpin yang bergabung dalam perayaan setiap Hari Pers Nasional; tapi dia hanya ingin meyakinkan orang bahwa kita harus berhenti membaca berita. Memang tidak ada seorang pun yang wajib membaca berita, dan bukunya adalah pengingat terbaru dari masalah konsumsi berita sehari-hari saat ini.

Jurnalisme klasik menjunjung tinggi prinsip piramida terbalik; informasi yang lebih penting ditempatkan di atas, diikuti oleh item yang kurang signifikan. Beberapa konteks dan informasi dengan demikian hilang dari laporan singkat.  

Penulis terkenal Nassim Nicholas Taleb menyajikan ilustrasi yang mendukung pandangan Dobelli; jika jembatan tiba-tiba runtuh dengan mobil di atasnya, media akan menyoroti mobil dan penumpangnya. Hal terpenting dan relevan yang sering dilupakan: penyebab yang mendasari runtuhnya jembatan, dan apakah itu bisa terjadi pada jembatan lain. 

Jadi bagaimana kita menempatkan kritik Dobelli di dunia saat ini, di mana berita telah berubah menjadi semacam hiburan? Apa yang berharga dalam pemberitaan, baik media "baru" atau "tradisional", mengingat maraknya hoax, sedangkan media lebih kecanduan click-bait untuk bertahan di era digital ini?

Dobelli mungkin akan menertawakan media kita, yang begitu terobsesi dengan isu-isu dangkal, seperti komedi slapstick. Ruang publik diisi oleh fenomena "Kekaisaran Sunda", kerajaan palsu yang bermunculan entah dari mana, mencuri perhatian dari skandal yang melibatkan dua perusahaan asuransi milik negara, yang diyakini telah merugikan kliennya hingga triliunan rupiah. .

Dobelli menyarankan "diet berita" agar kita bisa merasa lebih damai. Tapi tunggu. Mereka yang menyukai diet berita mungkin tidak lagi memiliki masalah dengan kebebasan informasi. Mereka dapat mengakses berita langsung dari sumbernya, atau berbicara dengan para ahli, dalam mencari data yang kredibel untuk membuat keputusan penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun