Mohon tunggu...
Nyi Ismayawati
Nyi Ismayawati Mohon Tunggu... Buruh - Urip sakmadya

Ngupaya upa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda Cakep yang Menjadi Ki Dalang Milenial

8 November 2020   18:40 Diperbarui: 8 November 2020   19:00 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Ki Suwarno gurunya dan Putri Budaya Malang dan kerabatnya.Foto sendiri

Pertama kali saya menemui anak muda milenial yang cakep ini sekitar enam bulan yang lalu ketika ada sebuah pagelaran wayang kulit di suatu instansi. 

Awalnya, saya anggap ia salah satu panitia atau wiyaga (yang menabuh gamelan) dalam mengiringi tembang-tembang klasik Jawa bersama para sinden yang juga dari kaum milenial yang usianya baru sekitar dua puluh lima tahunan. 

Alangkah kagetnya, ternyata ketika pementasan wayang kulit ternyata pemuda ini maju ke tempat ki dalang memainkan wayang. Setengah tidak percaya, karena selama ini ia jarang ketemu saat latihan karawitan di sanggar, saya pun menanyakan hal ini pada Ki Dalang Suwarno yang merupakan salah satu dalang yang banyak menelorkan dalang-dalang cilik di wilayah Malang.

Sungguh sangat mengagetkan lagi ternyata pemuda ini salah satu dalang cilik yang ditahbiskan Mas Suwarno pada tahun 2010 di sanggarnya di Desa Lesanpuro Malang.

Foto sendiri
Foto sendiri
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Nama lengkap pemuda ini, Rezza Bagas Setyo Anggoro dan sedang menyelesaikan kuliahnya di Universitas Islam Malang atau UNISMA. Entah jurusan apa dan alamatnya dimana, sebab ia cukup menutup diri ketika kuwawancarai namun sangat terbuka kala kuajak bicara tentang filosofi wayang dan budaya Jawa. Bahkan secara terbuka dia berani adu argumen tentang ketokohan pribadi dari salah satu wayang. 

Inilah yang sangat menarik, sebab jarang sekali kaum milenial menguasai filsafat atau ilmu kebijaksanaan tradisi Jawa menyangkut budaya dunia pewayangan.


Dunia pewayangan memang tidak kekurangan generasi penerus sekali pun jumlahnya tak sebanding dengan mereka yang terjun di dunia budaya populer yang lebih banyak digandrungi.

"Bagi saya penonton hanya segelintir orang bukan sesuatu yang harus disesali. Saya percaya, yang menonton secara langsung mungkin hanya sedikit tetapi bisa jadi yang menonton melalui media sosial cukup menarik." Sebuah jawaban yang sangat menginspirasi ketika selesai pagelaran ia kutanya demikian.

Selamat merayakan Hari Wayang se Dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun