Mohon tunggu...
Khusnul Zaini
Khusnul Zaini Mohon Tunggu... Pengacara - Libero Zona Mista

Menulis Semata Mencerahkan dan Melawan ....!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pandemi Covid-19: Revitalisasi atau Membangun Peradaban Baru?

27 Februari 2021   02:31 Diperbarui: 5 Mei 2021   01:02 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akan tetapi, semua teori peradaban hingga analisisnya secara akademisi gugur dengan sendirinya, jika dikaitkan dengan kasus pandemi Covid-19. Saat ini, seluruh negara dunia sedang mengalami, menghadapi, hingga berlomba mencari solusi komprehensipnya.

Apa yang harus dilakukan setiap warga bangsa dunia? Apakah melakukan revitalisasi atau melakukan hijrah prilaku membangun suatu peradaban baru?

Untuk konteks warga bangsa Indonesia, akan lebih relevan dengan pilihan "Revitalisasi" bukan "Membangun Peradaban Baru". Pilihan ini tentu disertai praktik ragam tradisi lokal, sekaligus mengingat dan menguatkan kembali local wisdom yang diwariskan para leluhurnya.

"Tradisi saling berbagi, saling menjaga, saling mengingatkan, bergotong royong, silaturahmi antar kawan dan saudara, kebersamaan memainkan seni tradisional, mungkin saja sudah berkurang intensitasnya"

Para pengamat budaya bahkan mengatakan peradaban bangsa Indonesia saat ini dinilai mengalami kemunduran sangat drastis. Kemunduran ini tidak hanya dari cara berperilaku melainkan juga material budaya yang dihasilkan seperti puisi, tarian dan karya seni lain.

Menurut Prof Dr. Koentjaraningrat, peradaban ialah bagian-bagian yang halus dan juga indah layaknya seni. Masyarakat yang telah maju didalam kebudayaan tersebut berarti mempunyai peradaban yang tinggi.

Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan juga suatu penilaian terhadap perkembangan kebudayaan, yang mana pada waktu perkembangan kebudayaan tersebut mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan lain-lainnya.

"Pemicu perubahan peradaban hingga kemundurannya itu, utamanya setelah mengenal dan terpengaruh budaya dari luar, hingga memaksakan berbagai tuntutan kebutuhan dan ketertundukannya pada praktik inviltrasi peradaban global"

Kecendrungan prilaku materialis ini, dibenarkan Oswalg Spengler seorang filsuf sejarah dan politik Jerman dengan simpulan penelitiannya bahwa kunci sejarah ialah hukum masyarakat dan peradaban yang timbul dan tenggelam dalam siklus berulang.

Berangkat dari pendapatnya itu, Oswald Spengler mendefinisikan peradaban adalah kebudayaan yang mengalami perubahan dan menekankan pada kesejahteraan fisik dan material.

Bangunan peradaban dengan penekanan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memang tampak mendominasi, dibanding konsentrasi lainnya seperti astronomi, kesehatan, bentuk tulisan, arsitektur, kesenian, ilmu ukur, keagamaan, dan lain-lainnya.

Fenomena ini yang kemudian berpengaruh terhadap sikap kompetitif setiap individu maupun kelompok mengarah pada sifat materialism. Peradaban global seakan mengkerucut pada satu tujuan yang bernama capitalism.

Akan tetapi, situasi politik-ekonomi yang tidak menentu sampai kapan kembali normal kondisinya ini, memaksa para urban kota harus berfikir ulang soal cara memenuhi dan mensiasati pemenuhan standar kecukupan demi gaya hidup barunya itu.

"Pulang kampung, mungkin pilihan keputusan terbaik, ketika kondisi stagnan perputaran ekonomi hingga daya beli masyarakat rendah di kota-kota metropolitan, akibat penerapan kebijakan PSBB"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun