Mohon tunggu...
Khusbatul lilla
Khusbatul lilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetap semangat walaupun setiap hari banyak hal yang membuat semangatmu patah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kemarin Gangguan Memabaca, Sekarang Apa? Gangguan Menulis?

16 April 2021   03:25 Diperbarui: 16 April 2021   03:28 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Yap bener banget, kita akan membahas tentang gangguan menulis  yang dialami oleh anak.

Jika disleksia adalah gangguan belajar dalam menulis, maka disgrafia adalah kelainan pada saraf anak yang membuat anak tidak bisa menulis. Secara singkat, disgrafia adalah gangguan pada belajar anak yang berpusat pada kemampuan menulisnya. Karakter disgrafia yaitu sering kali tulisan anak sulit dibaca. Anak disgrafia juga sering menggunakan kata yang salah ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain. 

Anak disgrafia memiliki tulisan yang tidak rapi, maka tak heran anak disgrafia biasa disebut dengan anak yang malas dan ceroboh. Hal tersebut dapat menurunkan rasa berharga diri serta kepercayaan diri mereka. Saat disekolah anak diagrafia juga biasanya memiliki sikap yang buruk serta mereka selalu merasa cemas. Jika dilihat sekilas disgrafia sama dengan disgrafia, karena penderita disleksia terkadang juga memiliki gangguan menulis serta mengeja (bisa dilihat pada artikel saya sebelumnya). Terkadang anak juga bisa mengalami gangguan disleksia dan disgrafia dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, bawa anak ke dokter spesialis anak atau psikolog agar dapat mengetahui gangguan belajar apa saja yang dialami oleh anak.


Inilah kesulitan anak yang sering dialami oleh anak yang memiliki gangguan belajar diagrafia:
*Sulit menulis tangan.
*Sulit menyusun kalimat.
*Sulit menggunakan tanda baca dan tata bahasa dalam menulis.
*Sulit untuk mengeluarkan ide yang sederhana dalam menulis serta,
*Sulit untuk menggenggam alat tulis.
Namun meskipun sering merasa cemas, stres, kurang percaya diri, akan tetapi kondisi tersebut tidak mempengaruhi Perkembangan sosial maupun akademisnya.


Gejala serta tanda-tanda disgrafia yang perlu orang tua pahami adalah sebagai berikut:
*Gejala utama disgrafia adalah tulisan tangan yang sangat buruk dan susah dibaca.
*Merasa canggung saat memegang alat tulis, karena jika terlalu lama memegang alat tulis tangannya akan mengalami kram.
*Buruknya koordinasi pada motorik halus anak.
*Bentuk huruf tidak konsisten.
*Sulit saat menulis tetapi baik dalam pengucapan.
*Susunan kata serta urutannya kurang tepat, serta
*Tangan cepat lelah serta sakit saat menulis.
*Mengalami kesulitan untuk menyalin tulisan.
*Penulisan huruf besar sering salah.
*Merasa kesulitan dalam menulis, serta cara penulisannya sangat lamban.
*Huruf sambung dan pisah dicampur.
*Ukuran spasi yang tidak sesuai dan tidak beraturan.
*Terdapat kekurangan pada huruf atau kata dalam sebuah kalimat.
*Mengalami kesulitan untuk membayangkan kata apa yang akan ia tulis.
*Selalu memperhatikan tangan ketika menulis.
*Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi saat menulis.
*Sering menghapus tulisan saat menulis.


Untuk anak yang berusia 6 tahun orang tua bisa melakukan skrining, dan untuk anak usia prasekolah atau kurang dari 6 tahun, seorang ahli baru bisa menilai secara kasar bahwa anak mengalami gangguan belajar diagrafia ataupun disleksia, walaupun diprediksi secara kasar akan tetapi orang tua harus melatih anak dalam belajar menulis.


Apa saja cara untuk mengobati gangguan disgrafia?
Gangguan belajar disgrafia belum bisa diobati, akan tetapi terdapat penanganan yang dapat dilakukan oleh orang tua agar dapat membantu anak dalam mengatasi gangguan disgrafia. Salah satu penanganan yang bisa diberikan untuk anak disgrafia adalah dengan terapi okupasi. Apa itu terapi okupasi? 

Terapi okupasi adalah terapi yang dapat berperan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menulis dengan cara sebagai berikut :
*Menggambar garis dalam seperti labirin.
*Belajar dengan menggunakan media tanah liat untuk membentuk otot-otot tangan anak.
*Belajar dengan mengerjakan dots puzzle.
*Menulis huruf dengan menggunakan krim yang diletakkan diatas meja.
*Menghubungkan titik menjadi huruf untuk meningkatkan motorik halus anak.
*Aktivitas dalam membentuk huruf.
*Menyalin tulisan per kata.
*Menyalin huruf yang bisa dibaca oleh anak.
*Merangkai kata-kata.

Setelah anak sudah menunjukkan kemajuan dalam belajar membentuk huruf, maka mereka mulai mengembangkan kemampuan tulisan dengan huruf alfabet yang berbeda setiap harinya. Nah untuk dapat memudahkan anak menulis serta dapat merangkai cerita dengan baik, maka inilah langkah-langkahnya:
*Anak dapat menulis apa yang kita ucapkan.
*Orang tua dapat membacakan cerita yang kemudian akan ditulis oleh anak.
*Jika anak bermasalah dalam menulis dan mengeja, maka orang tua bisa menyebutkan dengan mengeja , contoh i-bu per-gi ke pa-sar, jika dirasa anak masih merasa kesulitan maka bisa dieja per huruf seperti "i-b-u p-e-r-g-i k-e p-a-s-a-r".
*Melatih anak menulis cukup 10-15 menit per harinya, agar anak tidak merasa bosan dalam belajar.
*Apabila anak terlihat senang serta menikmati saat sedang belajar, maka tambah waktu belajar anak, misal dua kali sehari.


Sebagai orang tua, kita tidak perlu merasa khawatir ataupun bingung, karena disgrafia tidak hanya ditangani dengan teori okupasi saja, namun terdapat beberapa program lainnya yang dapat diterapkan kepada anak agar dapat membantu anak agar lebih lancar dalam menulis kata atau kalimat diatas kertas dengan benar dan rapi, seperti terapi pada motorik anak dan lain sebagainya. Dan apabila anak mengalami gangguan secara disgrafia lainnya, maka anak akan diberikan cara lain agar dapat mengatasi gangguan belajar tersebut, misal gangguan belajar ADHD.


 Terimakasih, semoga bermanfaat.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun