Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membahanakan "Sound of Borobudur" dalam Balutan Storynomic

16 Mei 2021   23:47 Diperbarui: 16 Mei 2021   23:55 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenali ulang Candi Borobudur dan memahami jejak gerakan "Sound of Borobudur" di mana Borobudur menjadi pusat musik dunia, membuat kita menatap peluang terwujudnya Wonderful Indonesia melalui balutan Storynomic Tourism

_

SEORANG petinggi media asal Amerika, dibuat terpikat. Di pengujung kunjungan, matanya berbinar. Kata-kata yang terucap olehnya, bernas dibalut ekspresi kagum.

Sepulang ke negerinya, ia pun lekas menerbitkan sebuah artikel refleksi yang didasarkan pada kisah fabel dari relief yang didengar dan disaksikannya saat itu. Tulisannya yang menukil kisah kura-kura, manis dan memukau banyak pembaca.

Semua itu bermula kala ia terbang dari Michigan dan tiba di Indonesia. Kami mengajaknya ke Yogyakarta dan membawanya berkunjung ke Candi Borobudur. Di sana, insights membuncah di benaknya.

Ia mungkin tak menyangka. Dalam perjalanan panjang untuk menjejak Jakarta, ia masih harus menambah jam duduk untuk tiba di tempat yang namanya mirip. Lalu, menempuh jalan darat. Dan, aha! Ia pun menjumpai peradaban tinggi di kawasan "antah-berantah" yang kita sebut Borobudur.

Apa yang terjadi padanya? Dalam satu kali kunjungan, ia masuk dalam daya pukau Borobudur. Rahasianya, tak selazim jutaan pengunjung, kami mengajaknya mengikuti "tata laksana" yang semestinya. Dimulai dari menonton film dokumenter tentang Borobudur, lalu meniti jalur yang seharusnya dalam mengitari format Mandala Candi Borobudur untuk menikmati panel-panel relief dalam urutan yang semestinya.

Apa yang berkecamuk dalam dirinya?  Itulah "sihir" storytelling!

Candi Borobudur dan Kekayaan Kisahnya

Candi Borobudur bukan untuk dikagumi secara data atau informasi, semisal dibangun dengan puzzle dua jutaan bongkah batu vulkanik tanpa semen dengan masa kerja 75 tahun. Atau, bangunan raksasa dari wangsa Syailendra yang menampung 1.460 panel relief cerita, 1.212 panel relief dekoratif, dan 504 stupa.

Lebih dari itu, Borobudur adalah mahakarya dengan pesona dan kedalaman inspirasi bak kitab terbuka yang tak tandas ditimba dalam menggali lelaku para leluhur serta warisan kebijaksanaan hidup yang tak lekang oleh waktu.

Prof. Dr. W.F. Stutterheim (1929) memandang Candi Borobudur sebagai "replika" dari alam semesta yang menurut ajaran Buddha terdiri atas Kamadhatu (unsur nafsu); Rupadhatu (unsur wujud); dan Arupadhatu (unsur tak berwujud).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun