Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budaya Perbaikan, Denyut Jantung Membangun Keunggulan

24 Agustus 2016   00:01 Diperbarui: 24 Agustus 2016   01:56 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku rujukan utama untuk memahami budaya Toyota - Foto:@angtekkhun
Buku rujukan utama untuk memahami budaya Toyota - Foto:@angtekkhun
Keteladanan adalah harga mati di sini, sebagaimana diungkap oleh I Made Dana Tangkas, Direktur PT TMMIN. “Waktu ada masalah, kita harus datang ke tempat kejadian untuk mencari fakta. Itu harus dilakukan oleh semua level, dari supervisor sampai presiden direktur. Jadi tidak ada direktur yang duduk di meja menanti laporan.”

Lebih dari itu semua, yang patut kita ketahui ide-ide perbaikan dalam Kaizen tidak selalu mengenai hal-hal besar yang menakjubkan. “Banyak ide kecil, ide sederhana yang digulirkan secara terus-menerus,” demikian jelas Warih Andang Tjahjono. Catatan penting darinya yang patut digarisbawahi adalah, “proses dan semangat Kaizen yang teru-menerus ini pada jangka panjang [akan] membuahkan banyak sekali perbaikan.”

Joice Tauris Santi dan tim penulis lainnya - Foto:@angtekkhun
Joice Tauris Santi dan tim penulis lainnya - Foto:@angtekkhun
Kontribusi Buku: Menggulirkan Pembelajaran untuk Bangsa dan Negara

Berbagai pihak menyataan dukungannya atas penerbitan buku ini. Bukan sekadar karya dokumentatif, melalui buku setebal 160 halaman ini, terbuka pembelajaran secara umum sebagai pribadi, institusi atau korporat, maupun bagi bangsa dan negara secara luas sesuai cita-cita yang termaktub dalam Nawacita yang diusung oleh Presiden Joko Widodo. Jika menyimak dengan teliti, kita akan menemukan poin-poin kesamaan pada budaya atau perilaku khas yang dikenal di Indonesia. Genchi Genbutsu misalnya, yang menjadi bagian dari pilar Toyota Production System (TPS) yang setara dengan blusukan yang kental pada diri Presiden Joko Widodo.

Joice Tauris Santi membagi buku ini dalam empat pokok bahasan. Pertama, tentang tradisi menjaga mutu. Dituturkan bagaimana Toyota membangun Toyota Production System (TPS) yang terkenal dan menjadi referensi hingga ke penjuru dunia. Diurai secara bernas konsep Jidoka dan Just-in-Time sebagai dua penyangga utama TPS. Tentu kita akan menjumpai ulasan tentang Toyota Way di sini, yang berpokok pada dua hal: Pertama, perbaikan terus-menerus yang dilengkapi perihal tantangan, Kaizen, dan apa itu Genchi Genbutsu. Kedua, menghormati sesama yang meliputi rasa hormat kepada sesama dan pentingnya kerja tim.

Menjadi buku edisi tanda tangan penulis - Foto: @angtekkhun
Menjadi buku edisi tanda tangan penulis - Foto: @angtekkhun
Bab II menceritakan tentang kiprah dan bagaimana Toyota Indonesia membangun tradisi QCC yang dijahit dengan pemaparan pada Bab III tentang bagaimana budaya tidak menjadi hambatan dan QCC dapat diterapkan untuk memperbaiki sebuah negara, serta organisasi yang lebih besar dan rumit. Dan bagian terakhir berbicara tentang “panduan” bagaimana menjadikan QCC sebagai sarana pengembangan diri.

Tak kalah menarik untuk disimak, buku ini dilengkapi kisah-kisah kecil testimonial untuk meneguhkan perjalanan Toyota Indonesia selama 25 tahun mengarungi lautan QCC. Widodo Eko Riantomengisahkan bagaimana kondisi saat QCC mulai diterapkan. Mohamad Koeswono mengungkap pada ketika terjadi krisis minyak pada 1983 yang membuat produksi menurun, yang dilakukan untuk mengisi waktu adalah mengadakan training internal sebagai ajang saling belajar tanpa mengenal hirarki jabatan. Dan tentu kisah-kisah lainnya yang tak kalah menarik.

Salah satu kisah kecil testimonial yang melengkapi buku ini - Foto: @angtekkhun
Salah satu kisah kecil testimonial yang melengkapi buku ini - Foto: @angtekkhun
Sebagai endorse, dapat dikutip kesan yang diungkap oleh Thalib Widiyanto, Ketua Umum Asosiasi Manajemen Mutu dan Produktivitas Indonesia. Baginya buku ini “mengingatkan saya pada budaya korporat di Toyota yang selalu peduli pada upaya-upaya pemecahan masalah melalui berbagai macam cara guna meningkatkan kualitas. Beberapa di antaranya banyak dikupas dalam buku ini, mulai dari menemukan, membangun, menjaga, dan meningkatkan kualitas produk dan jasa. Sehingga tumbuh awareness bahwa masalah itu akan selalu ada di sepanjang waktu dan menuntut penyelesaian yang cepat, akurat, dan tuntas.”

Sementara James Luhulima, Wartawan Senior Kompas yang juga terlibat dalam sesi diskusi di acara ini, memberikan kesan tersendiri. “Menarik karena memberikan gambaran yang lengkap tentang bagaimana Toyota bisa hadir sebesar ini di Indonesia.” Ia memberikan apresiasi tinggi karena tradisi menjaga mutu yang dikembangkan Toyota dapat hadir di seluruh dunia bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai pemimpin.

Peringatan Dini Masaaki Imai

Dari pembelajaran tentang budaya perbaikan yang dilangsungkan terus-menerus ini, kita diingatkan secara dini oleh Masaaki Imai. Secara jujur, pada bagian akhir dari bukunya, kita dapat membaca pernyataannya yang gamblang bahwa usaha penerapan QCC atau budaya Kaizen ini tidak akan membuahkan hasil secara instan. Namun, keberhasilan yang dijanjikan akan tiba pada waktunya dengan membuat “perusahaan lebih produktif, lebih dapat bersaing, dan lebih menguntungkan dalam jangka panjang” (1992, hlm 208).

Itulah Kaizen, jenis "olahraga" maraton—bukan sprint!

[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun