Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Sekolah Bukan Bengkel dan Orangtua Bukan Pengusaha Jasa Kurir

31 Juli 2016   23:55 Diperbarui: 15 Juli 2019   04:01 2356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah perayaan, bukan beban (Foto: Kompas.com)

Bagan Layang-layang (@angtekkhun)
Bagan Layang-layang (@angtekkhun)
Kehadiran anak di sekolah adalah keping pelengkap Tiga Pilar Pendidikan. Anak hadir di tengah pilar Orangtua, Sekolah, dan Lingkungan. Orangtua dan Sekolah bersalin peran menjadi dua penyangga bagi anak untuk “survive” di tanah lapang bernama Lingkungan. 

Anak mulai belajar bersosialisasi secara luas dan mengembangkan kepribadian dan karakter yang membuatnya menjadi pribadi yang khas dan utuh. Namun, teras depan bertajuk “hari pertama sekolah” harus mampu dilalui dengan baik.

Pernahkah kita menyadari dalam rentang hidupnya yang tampak rentan, anak harus melalui krisis hidup yang signifikan baginya. Kehadirannya di dunia dari ruang rahim yang nyaman, adalah krisis pertama yang harus dilaluinya. Dan perpisahan dengan orangtua gara-gara harus menunaikan apa yang dinamakan “bersekolah”, adalah krisis lain yang menyongsong hidupnya. Itulah sebabnya kehadiran orangtua mendampingi anak di usia belia sangatlah signifikan. Dalam aktivitasnya selama jam sekolah, anak akan terus mencari penyangga hidupnya melalui ekor mata.

Anies Baswedan menyatakan dengan lugas bahwa “kehadiran orangtua menemani si anak mengirimkan pesan yang jelas bagi anaknya bahwa orangtuanya mempercayakan kepada sekolah itu untuk mendidik anak-anaknya.”

Bagi orangtua, kehadirannya di sekolah bukanlah sekadar penanda adanya perhatian. Momentum ini akan menjadi “emas” apabila ia dimanfaatkan untuk menjalin relasi dengan pihak sekolah dan sesama orangtua, serta melakukan pengcandraan (mapping) atas sosok anak di antara anak-anak lainnya. Ini menjadi penting karena, pertama, sistem angka dalam rapor tidaklah mudah dibaca oleh orangtua. 

Dibutuhkan interaksi lebih dari sekadar nilai yang tertera, baik dengan walikelas atau guru-guru lainnya. Kedua, orangtua akan berperan menjadi mak comblang dalam kadar tertentu bagi anak dalam berelasi dengan teman-teman lainnya.

Demikian pula sekolah, akan semakin menyadari bahwa institusi pendidikan ini bukanlah bengkel dan setiap anak tidak bernilai “uang sekolah yang dibayarkan”. Melainkan individu yang berbeda sehingga setiap anak adalah unik dan patut dilayani secara pribadi. Komunikasi yang terbuka dengan orangtua akan menjadi jembatan untuk bersama-sama menyertai si anak dalam menempuh perjalanannya di dunia pendidikan.

Itulah dinamika makna “mengantar anak di hari pertama sekolah” dalam uraian ringkas. Selayaknya menjadi momentum untuk dirayakan, alih-alih menjadi beban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun