Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat Kepada Desy Desol & Fiksiana

1 November 2015   04:33 Diperbarui: 1 November 2015   05:07 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi (Foto: Pixabay)"][/caption]

Dear Desy,

Waktu bergerak dan bergulir tergesa, namun bayang-bayang keharusan bagiku untuk membayar utang padamu tak lelah mengejar. Hari-hari sebelum aku menyeberang ke negeri tetangga, kau menyapa, mengajak, mempersuasif bahkan menonjokku untuk mengikuti even "Menulis Surat" Fiksiana. Dan kau gagal. Aku cukup tegar tengkuk untuk menolak. Alasan bahwa aku tak punya subjek untuk ditulis, kau tolak mentah-mentah. Padahal, aku mengungkapkannya dengan jujur.

Kini, aku sudah punya subjek hasil galian selama berhari-hari dan berhari-hari. Aku ingin menulis surat ini ditujukan padamu dan Fiksiana. Dengan surat ini aku ingin melunasi janji kecil yang sempat kubisikkan pada diriku sendiri.

Mengingat perilakumu selaku admin Fiksiana, dalam selintasan mengingatkanku pada sosok HB Jassin. Paus Sastra Indonesia ini adalah seseorang yang teramat telaten dalam merawat pada sastrawan. Dia memperlakukan setiap orang dengan spesial. Menyapa, memberi masukan, memberi motivasi, mengajak terus menulis, hingga mereka tak kehilangan semangat dan kreatif dalam berkarya. Dari tangan "perawat" seperti ini lahir banyak nama, paling mudah untuk menyebut contoh adalah mencuatnya Chairil Anwar dalam pentas sastra nasional.

Kau melakukan hal yang mirip. Mungkin tanpa sengaja--sekadar naluri untuk memelihara komunitas dan menumbuhkan potensi-potensi yang kau jumpai. Teringat dengan jelas dalam even sebelum surat, dalam jam terakhir kau memaksa aku untuk menulis dan ikut. Didorong oleh simpati, aku mulai memainkan draf di kepala. Aku mulai membangun karakter tokoh dan mencari setting cerita melalui Google. Titik cerah plot mulai terbentuk namun belum memiliki ending ketika batas waktu pukul 00.00 terlewati. Aku mengontakmu dan mengibarkan bendera putih. Namun, betapa ndableg dirimu untuk tak menyerah saat mengalihkan tenggat ke hari esok. Di sini aku melihat pengharapan dan trust yang besar darimu. Maka, aku kembali membuka laptop dan mulai mencari data lokasi dan menulis. Kemudian mempersiapkan image untuk ilustrasi dan berhasil posting pada hampir pukul dua dinihari. Itulah kisah di balik lahirnya "Sepotong Senja di Odori Park" (http://bit.ly/1WnxtUJ).

Dear Desy,

Sejujurnya, aku sudah lama meninggalkan fiksi. Menulis fiksi pop sudah menjadi bagian dari masa lalu jauh di belakangku. Saat-saat kuliah doeloe, honor dari menulis cerpen di majalah memang pernah menjadi salah satu tulang punggung yang membiayai hidupku. Namun kemudian aku meninggalkannya untuk melewati masa kuliah psikologi dan berkiprah sebagai editor buku-buku nonfiksi.

Ketika pertama kali menengok Kompasiana pada 2008, aku tak menjumpai "sisipan" Fiksiana. Dan ketika bertandang dan membuka akun pada 2013, aku tak pernah tertarik melirik Fiksiana. Itu adalah keping dari masa lalu yang tak lagi menggugah. Namun suatu ketika di tahun 2015, Fiksiana menggoda, dan aku tergoda untuk iseng menulis cermin "Menghitung Butir Hujan di Orchard Road" (http://bit.ly/1LJ8svb). Disusul kemudian flash fiction 200 kata "Bahagia Untuk Gabriella" (http://bit.ly/1CkaIIa).

Itulah sejumput kecil kisah godaan Fiksiana dan kemudian panggilan kau menggoda. Jika kemudian aku mulai meneliti bahwa even-even Fiksiana yang biasanya tanpa hadiah apa pun bisa mencapai peserta lebih dari 100 Kompasianer/karya, aku makin dibuat takjub.

Demikian tali-temali yang membuatku kagum dan teringat pada sosok HB Jassin. Dalam ketidaktahuanmu, mungkin, kau telah menjadi HB Jassin kecil yang merawat komunitas Fiksiana. Kekaguman kecil yang patut diapresiasi ini, kuceritakan dengan tulus saat sekamar dengan Mas Kevin saat di Malaysia, dan baru saja kuulang kisah ini sekali lagi kepada Mbak Wardah saat kopdar Komunitas Kompasianer Jogjakarta beberapa jam lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun