Mohon tunggu...
Khumaidi Arifin
Khumaidi Arifin Mohon Tunggu... Penulis - Anak Desa, Pemuda Langgar

Follow me @khumaidi_arf WhatsApp me +6285 248518342.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Irama Perjuangan Sang Forsa

27 April 2020   03:31 Diperbarui: 27 April 2020   06:51 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kala waktu mulai membelai jiwaku, suasana keheningan memeluk batin. Sorotanku tertuju pada sebuah gitar yang mengingatkanku akan memori bersama Ka Fatur, saat aku masih belajar bermain gitar di Basecamp PMII. Aku sering memperhatikannya saat dia bermain gitar dan belajar banyak darinya mengulik gitar. Walaupun sebenarnya dia seorang Bassist namun pandai bermain gitar.

Ka Haji Atuy, kadang kupanggil dia dengan sapaan itu. Nama aslinya Khalifaturrahim, pemuda asal Anjir, Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Antasari kala itu. Dia fans lover Rhoma Irama, hingga dia tergabung dalam organisasi FORSA. Sekarang dia sudah sukses membangun bisnis, beristri satu, dan baru saja dianugerahi seorang putera Yang diberi nama Taqyrahim.

Namun mencapai kesuksesan itu bukanlah suatu ihwal yang mudah bagaikan membuka dan menutup pintu. Perjuangan panjang dan doa yang selalu menyertainya, membuatnya gigih mengarungi lautan kehidupan yang sering kali melawan ombak besar cobaan.

Ka Haji Atuy memang bukan dari keluarga konglomerat, sehingga dia harus memutar otak agar bisa terus bertahan di perantauan sembari berkuliah. Ka Haji Atuy sering berkecimpung di dunia riset. Dan aku sering menjadi Anak buahnya sebagai surveyor. Semua itu dia lakukan untuk menstabilkan ekonomi pribadinya.

Suatu ketika, terjadi sebuah musibah kecelakaan saat Ka Haji Atuy bertugas bersama Bang Habib, mengakibatkan patahnya kaki Ka Haji Atuy dan membuatnya vakum dan harus beistirahat sementara waktu di Basecamp PMII. Sebuah ujian yang berat, namun biasa saja baginya, Karena mental dia yang kuat bagaikan Baja. Aku bersama sahabat-sahabatku yang lain merawatanya denganpenuh perhatian. Kadang sering ku ajak bercanda, bernyanyi bersama, menciptakan lagu bersama, ngulik gitar bersama, hingga debat bersama, kebetulan saat itu kami berbeda dukungan saat Pilpres 2014. Aku mendukung Jokowi dan Ka Haji Atuy mendukung Prabowo. Walaupun berbeda, tak lantas membuat kami berkelahi, hanya sebats berdebat menonjolkan keunggulan pilihan masing-masing. Sebuah hikmah dari kecelakaan itu, membuat dia menjadi fokus Dan bisa menyelesaikan skripsinya.

Setelah masa kontrak Basecamp PMII habis, Ka Haji Atuy pindah kediaman ke Kos Pisba, sedangkan Aku pindah ke Kos di Belitung. Namun aku sering singgah bercengkerama di Kos Pisba bersama anggota Kos yang lain. Kemudian Aku juga gabung komunitas Pisba Connection yang dimentori oleh Ka Haji Atuy bersama Ka Ilham, Ka Fadil, dan Ka Adi. Di sana Ka Haji Atuy mulai membangun bisnis Angkringan yang dinamai Peace Ba. Bisnis ini melesat cepat, kebetulan letaknya yang strategis dekat dengan kampus. Setiap malam Angkringan Peace Ba diserbu para aktivis mahasiswa yang doyan nongki dan diskusi santai, apalagi Angkringan Peace Ba dilengkapi fasilitas free WiFi yang membuat betah para pengunjungnya. Namun bukan bisnis namanya tanpa cobaan dan rintangan Sana sini. Dan akhirnya Angkringan Peace Ba harus tutup karena pemilik lokasi ingin mengosongkan tempat.

Singkat cerita, Sang Forsa harus pindah ke sebuah rumah bidakan di jalan manunggal II gang II. Aku sering berkunjung ke sana walau hanya untuk bercanda dan kadang mendengarkan nasihat-nasihat darinya. Ka Haji Atuy bertetangga dengan kawanku satu jurusan Nisa Syam biasa aku sapa. Ka Haji Atuy mencoba membangun bisnis catering bersama Nisa Syam, namun bisnis itu kandas ditengah jalan karena sesuatu hal yang aku sendiri belum tahu sebabnya.

Kemudian Sang Forsa menjajaki bisnis baru bersama rekannya sebagai distributor buku dan alat tulis. Sang Forsa terus belajar dan berusaha menggeluti bisnis itu, hingga akhirnya dia bisa membentuk CV sendiri secara mandiri tanpa terikat rekan mentornya lagi dan menjalankan sendiri bisnisnya dibantu anak buahnya. Dengan berbekal sejuta pengalaman, sang CEO dengan liihainya berbisnis. Dan sekarang sukses menikmati hidup dengan keluarga kecilnya di Barabai. 

Aku berbangga dan bersyukur bisa bertemu Ka Haji Atuy, belajar hidup bersama dia, dan mendapatkan nasihat-nasihat kehidupan darinya. Salah satu pesan darinya yang selalu ku ingat, "Hidup tak lepas dari ujian, maka sertailah dengan perjuangan dan doa". Semoga selalu sukses dan berbahagia Ka Haji, kan kuingat terus Irama Perjuangan mu, Sang Forsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun