Mohon tunggu...
Siti Khumaidah
Siti Khumaidah Mohon Tunggu... Pemerhati Kesehatan -

Saya Sedang Belajar Traveller Ambivert Pemerhati Kesehatan Anak & Remaja Alumni Pencerah Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SKM Kisah "Cinta" sambil "Jalan"

18 Januari 2019   22:53 Diperbarui: 18 Januari 2019   22:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Hallo perkenalkan, saya Ida. Saya generasi 90-an yang lahir disalah satu perkampungan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sekarang saya tinggal di Depok, hidup sebagai anak kos dan pekerja keras yang ingin meraih mimpi "katanya demikian".

Nggak perlu panjang lebar untuk mengartikan judul yang saya buat. Karena lewat tulisan ini saya mau bercerita tentang kebenaran bahwa jatuh cinta itu bisa sambil jalan. Eitss... capek dong yes...? eitss... Cinta sama siapa sih...? baca sampai habis ya, sesungguhnya yang saya ceritakan ini cinta sama siapa.

Hidup ditengah perkampungan dengan status pendidikan Masyarakat yang masih rendah (waktu itu). Sekolah tingkat SMA dianggap cukup dan kuliah adalah sesuatu yang "wah" yang cuman bisa dilakukan oleh anak orang kaya. Setiap hari hanya terpapar pada profesi tani, dagang, guru, dokter, bidan, perawat dukun bayi, polisi, TNI, mantri dan perias pengantin.

Kalau ditanya mimpi,"pengen jadi apa?", saya bingung mau jawab apa karena dari profesi yang ada, di hati masih kurang "sreg". ya kadang mikir juga, apa aku jadi petani aja ya. Lanjutin kiprah orang tua mengelola sawah dengan cara yang kekinian, tapi hati kecil masih bilang kalau ada hal lain yang ingin aku lakukan selain jadi petani. tapi apa...?"

Singkat cerita, saat duduk dikelas 3 SMA saya mulai gundah, saya pengen kuliah tapi nggak tau mau ambil apa, dan mau kuliah dimana. Aku hanya tahu beberapa universitas besar di Indonesia tapi bingung cara masuknya gimana, udah gitu minder lagi, tambah gak punya ongkos lagi, lengkap sudah. Btw saat saya lulus SMA belum ada Bidikmisi ya gaes (jadi makin tahu kan aku angkatan berapa,hihihi...).

Dalam kebingungan saya, yang terlintas dalam benak saya adalah, PD banget ya bingung mau kuliah ambil apa, sebenarnya yang lebih saya bingungkan adalah  ini saya niatnya di ACC nggak ya sama orang tua, kan lagi gak ada duit (waktu itu). Dengan kebaikan Tuhan, saya dipertemukan dengan satu selebaran salah satu perguruan tinggi swasta di joga, saya lihat jurusannya ada perawat dan ada Kesehatan Masyarakat. Beuh...seneng minta ampun. Dengan percaya diri saya pilih Kesehatan Masyarakat, karena alasannya lebih murah dari perawat. Nggak perduli itu kampusnya seperti apa, kuliah kesehatan Masyarakat itu seperti apa, dibolehin sama orang tua apa enggak, yang penting kuliah ambil Kesehatan Masyarakat.

Dengan segala bentuk propaganda, akhirnya saya diperbolehkan untuk kuliah di Jogja dengan catan X,Y dan Z. Bahagia,seneng campur jadi satu. dengan penuh harap saya pindah ke jogja untuk mengenyam ilmu.

Jreng jreng, sehari sebelum kuliah saya baru mulai tersadar, saya kenapa ya ambil Kesehatan Masyarakat? emangnya ini belajar apa? ditambah pas bilang sama teman kalau aku ambil kesehatan masyarakat terus mereka responnya agak ngeselin "ngapain ambil kesmas, susah loh dapet kerja, mending...tit titi tit...(sensor) jelas nanti kerjanya, mahal dikit lah..." dalam hati boro-boro mahal dikit, ini aja untung bisa kuliah, bisa bayar. Sempat ciuttt banget, terlebih pas teman satu angkatan kuliah mundur setelah sebulan kuliah dan mau pindah kuliah dan ambil jurusan yang lain.

Pingin teriak sih aslinya waktu itu, tapi kan malu ya sama orang tua, propagandanya dulu sedahsyat itu masa tiba-tiba nyerah kan nggak lucu. Hari demi hari saya berasa jadi "kuda lumping" apapun saya makan, kaca, beling, telen semua. Sambil saya coba cari-cari, apa yang bisa saya dapatkan dengan kesmas ini. Semester 1 semester 2 dilalui dengan biasa saja, nilai bagus, IPK Cumluade (ciye...) tapi rasa kosong. Masuk pembelajaran dilapangan yang pertama, yaitu belajar di Puskesmas kurang lebih tiga minggu, malah makin-makin, segala dikatain "anak kemarin sore" "anak ingusan", berasa menjerit sambil bilang "Ya Allah apa salah Siti" (lebay ya...). Masuk semester 3 ketemu dengan salah satu dosen, yang suka cerita, mata kuliahnya si biasa saja, tapi beliau banyak cerita tentang proses jatuh bangunnya beliau untuk sampai posisi saat ini. Pelan-pelan dosen ini menceritakan tentang kemitraan, tentang remaja, kesehatan reproduksi, lembaga yang berkaitan dengan kespro, dan lain-lain. Suka dengan cerita beliau, dan sangat antusias.

Pelan-pelan saya coba klik and klik internet, lihat lembaga-lembaga sebut saja NGO x untuk kenal lebih jauh, liat profilnya, dan mulai tertarik. Sampai pada semester 4 saya diperkenankan untuk belajar dilapangan dan boleh milih dimana saja. Yang jelas enggak di Puskesmas lah, trauma saya di kata-katain sama petugasnya hahaha...(padahal sekarang teman-teman Puskesmas saya banyak dan baik-baik banget). Saya pilih NGO x tersbut, waduhhhh...diluar ekspektasi, puas saya belajar disana, dan cukup terpapar dengan hal-hal baru yang kesmas banget, ya saya belajar komunitas, HIV, Remaja dll.

Masuk semester selanjutnya, dapet dosen yang visioner, memperkenalkan saya dengan MDGs (waktu itu, sekarang sudah SDGs), terus dipancing-pancing dengan isu kesehatan global, yang kadang bikin teman-teman kelas saya tekanan batin, entah saya enjoy ya, dan berasa mulai bilang "ah saya mau kayak ibu ini ah, keren eiy..." Mata kuliah satu persatu saya telan, epidemiologi, anthropolodi, demografi, psikologi, etika hukum, komunikasi teraupetik, sampai obsgyn semua berusaha saya nikmati, perlahan-lahan nikmat juga ya ternyata, hahaha.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun