Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Itu Ibarat Bersepeda

14 Januari 2023   19:16 Diperbarui: 14 Januari 2023   19:22 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang pergi bersepeda. Sumber: pixabay.com

Di antara kita ada yang mengakatan menulis itu sulit, menulis itu susah. Jangankan menulis sebuah karangan,  artikel atau sejenisnya, menulis satu paragraf saja, bagi yang tak terbiasa, sulitnya bukan main. Terlebih di tengah zaman yang serba audio-visual. Mau cari literasi, tutorial apa saja, kebanyakan orang tinggal klik, semisal YouTube, langsung muncul beragam video secara gamblang dan variatif. Dirasa atau tidak, budaya baca tulis kita justru semakin terkikis, dengan kecanggihan teknologi.


Namun ada pula yang berkata bahwa menulis itu mudah, menulis itu asyik kok. Why, kenapa bisa demikian? Tentu, karena kebiasaan dan kontinuitas dilakukan oleh si penulisnya. Layaknya orang baru pertama kali belajar naik sepeda, pasti terasa susah, jatuh bangun, butuh waktu, butuh proses untuk bisa, terbiasa dan akhirnya mahir. Begitulah kiranya perumpamaan proses menulis.

Pasca seseorang bisa bersepeda, pun ternyata memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada sebagian orang yang bersepeda hanya sekedar refreshing, sesekali saja untuk menghibur diri, bukan sebagai sebuah rutinitas harian. Tetapi ada pula yang memang bersepeda menjadi gaya hidup bahkan aktivitas rutin keseharian. Tanpa bersepeda, seperti ada yang kurang. Begitu juga dengan aktivitas menulis, sehari saja tanpa menulis, rasanya stagnan bak roda sepeda yang tak berputar.

Menulis itu bak aktifitas bersepeda yang terus berputar, dari satu tempat ke tempat lain, melihat pemandangan sekitar, merasakan angin dan sinar matahari, menapaki setiap tempat yang berbeda, hingga bertemu dengan banyak orang dan pengalaman yang berbeda-beda. Merangkainya menjadi sebuah alur cerita yang silih berganti.

Penulis yang sudah mahir, bisa dirasakan perbedaannya. Ibarat orang bersepeda, gaya dan kecepatannya pun tak sama. Jenis sepeda yang dipakainya pun beragam, bak ragam tulisan sang penulisnya. Seorang penulis yang sudah terbiasa, dapat dirasakan gaya penulisannya dalam setiap diksi dan untaian kalimat-kalimatnya. Sama halnya bersepeda, ada yang mengayuh dengan santai, balap bahkan dengan satu atau sesekali tanpa tangan.

Tujuan orang bersepeda pun beraneka ragam, ada yang sekedar hiburan, ada yang memang sebagai kendaraan guna menuju suatu tujuan, ada pula yang menjadikan bersepeda sebagai kendaraan mencari cuan. Misal untuk mengirim, mengantar barang, untuk berdagang, berjualan dan sejenisnya. Begitu juga motivasi seseorang dalam menulis, ada yang menulis hanya sekedar pelepas penat, ada yang menulis untuk memenuhi tugas ada pula menulis untuk menambah penghasilan.

Terlepas dari beragam tipologi menulis bak bersepeda, ada yang perlu digaris bawahi oleh kita semua dalam menulis, yakni awalilah menulis dengan doa, fokus pada tulisan atau tujuan yang hendak kita capai, dan setelah tuntas menulis, tutuplah dengan ucapan sukur dan doa. Karena semua telah selesai, dan semoga bermanfaat. Semoga esok hari, diberikan waktu dan kesempatan untuk kembali menulis laksana mengayuh roda kehidupan yang penuh dengan pengalaman.

Imam Chumedi, KBC-28 

Kompasianer Brebes Jawa Tengah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun