Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Perempuanku Malu Bercerita Kepadaku

24 Oktober 2020   21:30 Diperbarui: 24 Oktober 2020   21:34 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayah dan anak perempuan. Sumber cdn.pixabay.com

Mungkin ada benarnya statement yang menyatakan bahwa anak perempuan itu lebih dekat dengan ibunya dari pada dengan ayahnya. Ini saya alami sendiri.

Anak Perempuanku sepertinya lebih dekat dengan ibunya ketimbang denganku, ayahnya. Wajar mungkin bila itu terjadi, dan kumaklumi. Mungkin saja waktunya lebih banyak dengan ibunya dari pada denganku. 

Mesti tak semua ayah mengalaminya, namun saya berkeyakinan besar, hampir sebagian besar anak perempuan lebih dekat dengan ibunya. Selain ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui dan merawatnya, seorang ibu lebih mampu memahami anak-anaknya. Berbeda dengan sosok ayah yang kebanyakan lebih berperan banyak di luar, mencari nafkah. 

Kebiasaan sejak kecil berkomunikasi dengan baik pada ibunya, menjadikan anak-anak kita pada akhirnya lebih leluasa ngobrol, curhat kepada ibunya ketimbang kepada ayahnya. Mulai dari menceritakan sesuatu kejadian yang dialaminya, menceritakan awal kisah cintanya kepada seseorang sampai pada impian atau keinginan untuk meminta sesuatu. Anak perempuan lebih banyak meminta sesuatu kepada ibunya. 

Anak perempuanku terkadang malu, bahkan kadang tak berani berucap langsung kepadaku perihal beberapa keinginannya. Apalagi yang harus mengeluarkan banyak uang, seperti ketika ia minta dibelikan anting, kalung, baju sepatu dan sejenisnya. Meski keinginannya begitu menggebu, namun ia tak berani mengutarakan langsung kepadaku. Biasanya lewat ibunya. 

Padahal selama ini, aku bukanlah tipe seorang ayah yang killer atau arogan. Sebenarnya bagiku, apa pun permintaan anak, selama itu masih dalam kewajaran, apalagi bernilai manfaat,pastilah orang tua manapun akan berusaha mengabulkannya. Meski semuanya terkadang disesuaikan dengan kemampuan, ekonomi keluarga yang ada. 

Meski anak perempuanku jarang bahkan terkesan tidak berani mengutarakan secara langsung perihal permintaannya, aku sebagai seorang anak terkadang dengan cuma-cuma menawarkan sesuatu terlebih dahulu kepadanya. Seperti menawarkan soal makanan kesukaannya.

Padahal ketika dia meminta kepada ibunya, belum tentu dikabulkannya. Sehingga terkadang anak Perempuanku menilaiku lebih suka membelikan makanan kesukaannya dari pada ibunya. 

Meski demikian, secara umum, anak perempuanku lebih banyak meminta sesuatu kepadaku melalui perantara ibunya. Seringkali sehabis pulang kerja, istriku bercerita tentang anak perempuanku. Cerita tentang sekolahnya, cerita tentang teman-temannya sampai bercerita tentang beberapa keinginannya. 

Secara karakter, anak perempuan lebih banyak cerita, lebih banyak keinginan dari pada anak laki-laki. Sayang, aku sebagai ayahnya terkadang tak bisa mendengar langsung segala cerita dan keinginannya. Kadang aku harus memancingnya untuk bercerita, saat momen bersama keluarga. 

Intinya, anak perempuanku secara emosional lebih dekat dengan ibunya, meski terkadang harus beradu argumen terlebih dahulu dengan ibunya. Dan seorang ayah yang baik, harus mampu memposisikan isterinya sebagai mediator anaknya terhadap sosok ayahnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun