Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Itu Meluangkan Waktu, Bukan Menunggu Waktu Luang

20 Oktober 2020   05:10 Diperbarui: 20 Oktober 2020   05:29 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meluangkan waktu untuk menulis. Sumber pixabay.com

Bagi sebagian orang dengan tingkat kesibukan yang tinggi, kegiatan untuk menulis selalu terkendala dengan persoalan waktu. Sibuk, repot, tak ada waktu lah, tak sempat dan sebagainya. Padahal jika dipikir dengan seksama, semua orang pasti punya kesibukan masing-masing. 

Jika untuk menulis, seseorang harus menunggu waktu senggangnya, mungkin tak bisa dipastikan kapan senggangnya. Bisa jadi malah tidak bisa atau tak sempat menulis  Karena ternyata menunggu waktu luang, tiada ditemui. Selalu ada kesibukan datang silih berganti. Maka luangkanlah waktu untuk menulis, bukan menulis menunggu waktu luang. 

Menulis itu butuh komitmen dan konsisten. Menulis bukan hanya menunggu mood atau menunggu waktu senggang saja. Menulis bukan sekedar mengisi waktu santai, tetapi menulis itu memang benar-benar sudah direncanakan, dialokasikan waktunya. Misal satu jam dalam sehari. Bisa pagi hari atau malam hari. 

Komitmen dan konsistensi menulis inilah yang patut dijaga dan dipertahankan dengan berbagai kondisi yang ada. Tak kenal cuaca, tak peduli sibuk atau senggang, waktunya untuk menulis, ya harus menulis. Menulis apa saja. Hal ini untuk melatih dan mengasah kedisiplinan sang penulis dalam menuangkan ide, gagasan, opini dan perasaannya dalam sebuah tulisan. 

Ada hasil yang berbeda ketika menulis hanya menunggu waktu luang saja. Dalam konteks ini sudah bisa dipastikan bahwa kegiatan menulis hanya sebagai kegiatan sambil lalu saja, kegiatan iseng dari pada waktu itu kosong berlalu begitu saja. Menulis menunggu waktu luang pun terkesan tak ada greget, tak ada target. 

Benar saja kalau waktu seseorang ada luangnya. Tetapi jika pada akhirnya tak jadi, tak ada waktu luang baginya, menulis pun hanya menjadi impian semata yang pupus di himpit kesibukan. Bayangkan bila hal itu terus terjadi. Pada akhirnya menulis pun hanya tak akan terwujud. 

Berbeda cerita, ketika menulis memang bensr-benar mendapatkan porsi khusus. Yakni seorang penulis sudah dan harus meluangkan waktu berapa menit, berapa jam, berapa kali, berapa tulisan untuk tiap harinya. Ia akan terpacu untuk menjaga konsistensi dan kedisiplinan dalam hal menulisnya. 

Semisal, seorang penulis sudah mengagendakan setengah jam di pagi hari untuk menulis. Maka kala pagi, kesibukan aktifitasnya pun harus dihentikan atau diluangkan untuk menulis sebuah tulisan. Apa saja, bisa ditulis, tak menghiraukan hasil.

Justru dengan kedisiplinan itulah pada akhirnya akan membuahkan hasil tulisan yang kian baik dan bagus. Karena pada hakekatnya sebuah proses tak akan mengingkari sebuah hasil akhir. 

Seseorang yang sudah menanamkan kedisiplinan menulis, semisal satu hari minimal satu tulisan, pasti ia akan terus terpacu. Sebaliknya, jika di hari itu ia belum menulis apa-apa, pasti ada rasa gundah gulana. Mau makan pun rasanya tak enak, mau tidur pun rasanya tak nyenyak. Karena fikiran masih terbayang belum menulis sesuatu. 

Maka luangkan waktumu untuk menulis, bukan menulis nanti menunggu waktu luang. Karena tak ada yang tahu dengan waktu. Waktu ibarat pedang yang tajam. Jika kita tak pandai menggunakan dan memanfaatkannya dengan baik, justru akan berbahaya, termasuk bagi si empunya. 

Imam Chumedi, KBC-28

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun