Mohon tunggu...
KHOLISOH
KHOLISOH Mohon Tunggu... Guru - teacher blogger

menulis itu sebuah keindahan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tak Bisa Dibayangkan

23 November 2020   19:20 Diperbarui: 23 November 2020   19:39 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat sebulan yang lalu sahabat saya bu Helma sakit panas, memang sebelumnya beliau terlalu capek karena baru saja bepergian ke Palembang melayat kakak iparnya yang meninggal belum lagi dua minggu sebelumnya pulang ke Brebes untuk melakukan proses lamaran anaknya. 

Kami menyangka sakit tersebut dikarenakan masuk angin biasa setelah bepergian jauh, hanya perlu istirahat dan minum jamu tolak angin akan sembuh dengan sendirinya akan tetapi ini sudah dua hari suhu tubuhnya masih panas.

Kebetulan di sekolah sedang ada pesta makan bakso beliau meracik dan menyiapkan sajian tersebut dengan senang hati, tetap saja wajahnya tak bisa dipungkiri begitu pucat dan grasak grusuk tingkah lakunya istilah orang jawa bilang yang artinya terburu-buru tidak tenang. 

Tebakanku pasti benar beliau masih memikirkan perihal kemarin mengenai teman junior kami sebut saja Isti yang ibunya positif covid 19 dan sedang menjalani karantina di rumah, parahnya dia sendirian merawat ibunya dan berkeliaran bebas. 

Anggapan kita sebagai orang awam pasti kaget, khawatir pastinya karena telah melakukan kontak langsung dengannya bahkan makan bersama dengannya. Hal itulah yang membuat kami takut akan terkena juga wabah covid ini. 

Dengan alasan itulah kita di sekolah nekat melakukan rapid tes mandiri di sekolah kebetulan ada teman kami yang suaminya bekerja di salah satu Rumah Sakit bisa memfasilitasinya. 

Sebenarnya saya pribadi paling khawatir dengan kejadian ini, tetapi positif saja semoga semua akan baik-baik saja, saya perdana melakukan tes itu lalu satu persatu guru lain mengikutinya. Bu Helma terlihat khawatir sangat ketakutan dan memilih pulang ke rumah. Alhamdulillah hasil tes semuanya ialah negative lega rasanya. Lalu kami menyuruh bu Isti dan keluarganya sekalian tes rapid hasilnya pun negative, semuanya bebas dari kekhawatiran akan penularan covid ini.

Keesokan harinya malah terdengar kabar bahwa bu Helma dirawat di rumah sakit dengan diagnosis awal ialah gejala typhus. Kami pun menjenguknya untuk melihat kondisinya itu. 

Prosesnya sangat cepat sekali setelah dijenguk kami dikirimi gambar kondisi terakhir mengenakan selang di hidungnya yang ternyata itu adalah selang untuk menyalurkan oksigen karena pasien mengalami sesak nafas dan hari berikutnya dinyatakan positif covid 19. 

Tidak ada yang dapat menyangkanya bagai disambar petir di siang bolong, mengapa hal ini terjadi pada saya pertanyaan itu yang terbersit di kepalanya seakan tidak percaya dengan semua yang telah terjadi. Mungkin hal itu mengapa setiap saya WA dan telpon tidak pernah dibalas sebelumnya. Nangis dan berteriak hal pertama ketika beliau mendengarnya, wajar sebagai manusia biasa yang punya perasaan takut keluarganya pun senantiasa memberikan dukungan dan perhatian agar beliau dapat menjalaninya dengan baik.

Beliau dipindahkan ke lantai lima tempat pasien khusus covid diantar oleh seorang perawat menggunakan kursi roda lengkap dengan pakaian APD-nya. Matanya berlinang air mata walaupun sudah berusaha untuk tetap tegar menerima dengan ikhlas ketentuan Sang Maha Khalik. Sebagai manusia biasa hatinya berkecamuk dipenuhi oleh pikiran maupun dugaan yang terlintas negative tentang kejadian-kejadian yang menimpa pasien covid akan begini dan begitu, Ya Allah beri aku kekuatan dan pertolongan untuk dapat menjalani semua ini dalam benaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun