Mohon tunggu...
Kholisna Attammi
Kholisna Attammi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hamba Allah yang ingin bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Populernya Batik Khas Pekalongan

12 November 2022   06:49 Diperbarui: 12 November 2022   06:52 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di balik populernya batik Pekalongan

Pekalongan kota batik adalah julukan yang sudah lama tersematkan karena mayoritas produk yang dihasilkan dari kota tersebut adalah batik. Sebagian besar proses produksi batik Pekalongan di kerjakan dirumah-rumah. Dari proses pembatikan hingga pemasarannya. Tak jarang jika banyak toko batik berjejeran dipinggir jalan raya hingga grosir batik dan marketplace, sehingga semua orang dengan mudah mendapatkannya. Tetapi dibalik populernya batik Pekalongan ini, terdapat juga kisah memilukan dari para pekerjanya, yang sudah berhasil membuat batik menjadi karya yang luar biasa. 

Dan salah satu pekerjanya yaitu ibu Wati (nama samaran) seorang ibu rumah tangga yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai penjahit konveksi, dari tempat satu ke tempat yang lain. Yang awalnya karena tuntutan ekonomi, karena dirinya masih mempunyai tanggungan 3 orang anak yang masih duduk di bangku sekolah, dan juga penghasilan dari suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga mengharuskan dirinya untuk bekerja.

Dan dengan menjadi penjahit konveksilah dirinya bisa menghasilkan uang dan juga mengurus pekerjaan rumah tangga, karena dirinya bekerja dirumah. Dan Pendapatan yang diperolehnya itu tidak menentu setiap harinya, tergantung seberapa banyak dirinya dapat menjahit baju daster. Terkadang dalam satu hari dia dapat menjahit 15 pcs daster dengan harga jahit 2000 perbajunya, maka pendapatan yang diperoleh dalam sehari yaitu sebesar Rp. 30.000. Jika dirinya ingin memperoleh pendapatan yang lebih banyak maka dirinya harus lembur. Dan dalam setiap harga yang ditetapkan itu berdasarkan pada tingkat kesulitan model bajunya. Dan juga harga jahit baju dari konvensi satu dengan konvensi lain itu berbeda karena model dan penetapan harga- harga dari ownernya juga berbeda. Dari sekian banyak tempat konveksi yang ibu Wati temui tidak ada yang menetapkan harga 5000/pcs keatas untuk harga jahitan konvensi. 

Dan alasan mengapa ibu Wati masih bertahan menjadi penjahit konveksi walaupun harga jasanya yang tergolong murah, karena dengan menjahit konveksilah dirinya bisa membagi waktu untuk pekerjaan rumah dan juga bisa menghasilkan uang untuk memenuhi semua kebutuhan hidup keluarganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun