Mohon tunggu...
Kholilul Rohman Ahmad
Kholilul Rohman Ahmad Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Publikasi merdeka dan beradab

Suka menulis, membaca, dan fotografi. Tinggal di Jakarta dari Magelang Jawa Tengah. Menulis menyimpul kata-kata, yang terucap menjadi tertulis, agar indah dan riang gembira.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

PBNU: Tragedi Pengungsi Rohingya Akibat Ketidakadilan Global

7 Juni 2015   02:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1432372647849341806

Terima kasih atas undangan acara ini. Sebuah kehormatan bagi saya bisa hadir dalam forum kemanusiaan ini, forum untuk menyelamatkan sesama manusia yang sedang dirundung bencana, yakni pengungsi Rohingya.
Saya kira semua yang ada di majelis ini mempunyai pandangan dan (Insya Allah) komitmen yang sama di dalam menghadapi permasalahan yang mengemuka terkait pengungsi Rohingya ini, yakni kemanusiaan.
Sekiranya masyarakat Rohingya ini konglomerat saya kira akan disambut dengan karpet merah. Bukan hanya satu negara, bahkan banyak negara akan berebut menyajikan sambutan meriah untuk pengungsi Rohingya dan menawarkan kewarganegaraan.
Akan tetapi faktanya mereka bukan kumpulan orang berduit, bahkan bisa dikatakan bukan siapa siapa. Karena mereka seperti itu (tidak bawa apa-apa kecuali badan dan nyawa) maka diperlakuan sebagaimana kita lihat di media: keji dan sadis mampir ke mereka.
Ini persoalan ketidakadilan. Semua negara akan terbuka jika mereka memiliki dollar yang banyak. Tapi faktanya justru menutup pintu rapat rapat karena mereka tidak punya apa-apa.
Ini adalah fenomena ketidakadilan global yang sangat menghinakan kemanusiaan. terlepas dari persoalan etnik, agama, politik, dan konflik di negaranya.
Sekali lagi, sesungguhnya mereka bukan siapa siapa dan tidak punya apa-apa sehingga memperoleh perlakuan begitu keji. Soal akibat konflik politik, beragama tertentu, dari negara tertentu, dari etnik tertentu, itu hanya bumbu pemanis berita.
Sehingga ketika ada negara kedatangan mereka, tentu akan dimaknai penambah beban. Sungguh fenomena ketidakadilan global yang melibatkan hampir semua negara sedang dipertontonkan kepada kita.
Lalu bagaimana sikap kita sebagai bangsa Indonesia?


Pertama, kita harus berani terbuka, membuka diri atas kehadiran mereka. Atasnama sesama manusia dan kemanusiaan. Sebagai manusia kita harus terbuka. Bahwa sesama manusia berhak menempati bumi ini.


Kita sebagai manusia modern harus menyadari tragedi Rohingya ini muncul karena adanya konsep negara-negara sehingga bumi ini dikapling. Dulu sebenarnya siapapun bebas mau tinggal dimana, mau membangun ekonomi dimana, dan sebaganya, saya kira waktu itu masih terbuka. Tentu karena waktu itu bumi masih luas, dalam arti belum banyak pengungsinya. Tapi sekarang bumi ini terasa makin sempit.


Yang kedua, Indonesia punya konstitusi yang bisa dimaknai bahwa kita tidak bisa menutup mata terhadap pengungsi Rohingya. Mereka adalah orang-orang yang tidak punya tempat tinggal karena diusir dari tempat tinggalnya.


Saya kira masyarakat internasional juga sedang bertanya-tanya, di mana penghargaan Nobel Perdamaian yang diterima oleh salah satu pejuang Myanmar itu, Aung Sangsu Kyi.
Dunia sedang bertanya, di mana hadiah Nobel itu?
Mengapa penerima Nobel itu hanya diam saja? Persoalannya karena mereka Rohingya hanya membawa kemanusiaan. Mereka tidak membawa dollar. Inilah ironi manusia modern. Kita sekarang sedang diuji dimensi kemanusiaan yang kita miliki.
Jangan-jangan kemanusiaan kita sekarang ini hanya kamuflase bagi materialisme yang sedang kita anut?
Lalu, kenyataan sekarang mereka Rohingya sudah masuk ke wilayah Indonesia. Berarti kita harus mengambil tanggungjawab sebagaimana mestinya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan yang kita yakini.
Setidaknya, menampung sebagian dari mereka dalam batas tertentu. Ya, jangan semuanya kita yang menampung, dong. Itu tidak fair. Ini adalah tanggungjawab global.*
-- Disampaikan oleh KH Masdar Farid Mas'udi (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) dalam Diskusi Publik #SaveRohingya, "Momentum Indonesia Menegakkan Kemanusiaan Global" diselenggarakan di Kantor DPP PKB, Jakarta, 22/05/2015. Selain Masdar, hadir sebagai narasumber Andi Rochmanyanto (Kemenlu RI), Syaiful Bahri Anshori (Komisi I DPR Fraksi PKB), dan Nur Munir (moderator). Acara dibuka oleh Andi Muawiyah Ramli (Dewan Syura DPP PKB).   [kholilul rohman ahmad]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun