Mohon tunggu...
Kholid Diyah
Kholid Diyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidupku di Sini

7 Juni 2018   16:39 Diperbarui: 7 Juni 2018   18:04 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agustus 2017

Inilah awal dari semua kisahku di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Hari kedua validasi mahad dan validasi universitas. Ketika tamn-teman yang lain berbondong-bondong masuk mahad dengan diantar kedua orang tuanya, apalah daya aku yang hanya berangkat dengan angkutan umum dan sebuah tas ransel yang melekat di punggungku. Bukan karena orang tuaku tak mau mengantarkanku untuk masuk mahad, namun jadwal padat yang harus dilewati olehku dan kedua orang tuaku. 

Bagaimanapun aku harus mengalah, dan memberanikan diri untuk berangkat menuju Mahad Sunan Ampel Al-Aly (yang mungkin sebagian sahabat pembaca belum faham dengan Mahad Sunan Ampel Al-Aly, ya.. sama denganku kala itu, tak faham dengan MSAA sekalipun aku sering mampir ke dalam kamar kakak-kakak kelasku setiap ada lomba).

Sekitar jam 07.00 angkutan yang aku naiki sudah mulai menepi di depan gerbang universitasku. Sedikit aku bingung untuk melanjutkan langkahku, karena inilah kali pertama aku masuk sendiri. Kubulatkan lagi niatku untuk melakukan serangkaian validasi agar aku bisa masuk ke dalam mahad. Namun di tengah perjalanan, aku benar-benar tidak tahu arah. 

Dan kuputuskan untuk berhenti di depan gedung megawati (seingatku). Aku mulai banyak menggerutu, mulai dari orang tua yang tak mengantarkanku, sampai mencaci diriku sendiri yang tak tahu apa-apa. Harap-harap cemas aku menunggu siapapun yang aku kenal dating menolongku, sekalipun itu adalah harapan yang sedikit mustahil.

Aku tetap sabar menunggu, entah menunggu siapa. Dan setelah beberapa menit aku berdiri di depan gedung megawati, ada dua sosok perempuan di dalam mobil yang menyapaku. Ya, mereka adalah teman semasa sekolah menengah pertama. Mereka adalah dua saudara kembar yang sudah tidak diragukan lagi kepintaran dan kecerdasannya. Sebut saja mereka Nana dan Nina. Yang datang mengajakku menuju ke ruangan validasi.

Besambung..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun