Mohon tunggu...
Khoiry Syarifudin
Khoiry Syarifudin Mohon Tunggu... -

Seorang pecinta GreenDay sampai batas waktu yg tidak ditentukan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Cerita Masa Kecilku"

6 Juli 2011   14:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:53 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah teman, pada tulisanku kali ini, marilah sejenak ku ajak kalian utk flashback terlebih dahulu ke kehidupan masa kecil kita. Coba kalian bayangkan..terus bayangkan..jangan lanjutkan membaca sebelum kalian selesai membayangkan..terus bayangkan... Yeaah, indah bukan? Saya yakin masing-masing dari kalian punya kenangan masa kecil yg sangat indah, termasuk saya pribadi. Tetapi, masa kecil saya bisa dikatakan tidak seberuntung kalian yg hidup di kota. Semua serba ada, makanan serba enak, fasilitas memadai, pendidikan yg layak, ke sekolah diantar, uang jajan selalu ada, dll. Itu semua tidak saya dapatkan. Masih ingat saya kalau malam tiba, sekitar tahun 1994, 3thn umur saya, harus berangkat sore-sore betul kerumah pak RT bersama kakek(alm.) dulu utk berebut tempat duduk di deretan paling depan utk menonton ketoprak dan wayang orang di TVRI. Dulu biasanya pak RT/pak RW saja yg punya tv, itupun masih ukuran 14inch hitam putih merk National.

Masih banyak lagi moment-moment masa kecil saya yang tidak kalian jumpai di masa kecil kalian. Pernah lihat film Laskar Pelangi bukan? Ya, kurang lebih seperti itu masa kecil saya. Ada suatu keindahan dibalik kesederhanaan. Dan terinspirasi dari novelisnya yg  juga idola saya, Andrea Hirata, yg dengan indahnya menceritakan masa kecilnya, yg hidup dalam keterbatasan dan kesederhanaan, aku ingin bercerita kepada kalian bagaimana masa kecil saya. Masa-masa dimana saya mendapatkan kenangan-kenangan bersama teman-teman yg juga hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan. Masa-masa yg memberikan saya penglaman hidup yg sangat berharga yg tdk akan bisa dibeli dengan apapun. Bukankah “experience is the best teacher??” Sungguh indah masa itu. Kalian ingin tau? sebenarnya saya tdk akan memberi tau, tapi berhubung kalian memang selalu ingin tau, yach, apa boleh buat..^_^

Ku kerahkan semua syaraf-syaraf memori ku utk mengingatnya. Samar-samar ku ingat, aku ada dlm gendongan ibu entah berapa tahun usiaku waktu itu. Saat itu ibu sedang berjalan dibawah panas terik lalu menutupi kepalaku dgn selendangnya, lalu ibu berlari-lari kecil, tapi,,ah..hilang lagi, hanya sebatas itu saja ingatanku. Yg jelas aku bisa menceritakannya saat umurku kira-kira 4thn-an. Jadi berhati-hatilah kpda balita yg umurnya menginjak 4thn, karena dia sudah mulai merekam setiap memory dlm moment-moment kehidupannya.

Saat itu usiaku kira-kira 5th. Di usia itu saya hidup bersama kakek (alm.). Hidup didesa melatihku utk menjadi orang yg sederhana, jauh dr gemerlap kemewahan. Kakekku pendiam, jarang sekali kata-kata keluar dari mulutnya. Termasuk saat aku membakar jerami milik mbah Karmo.  Jerami-jerami itu akan digunakan utk membakar batu bata hasil cetakannya. Awalnya saya & teman-teman mengambil beberapa genggam jerami saja utk penghangat badan setelah kami seharian mandi disungai. Tapi sialnya api menjalar ketumpukan utama jerami sehingga membubunglah asap tebal, api menyala-menyala, kami panik, lalu kabur. Seluruh warga kampung terkejut, hingga kampung bagian utara tertutup asap tadi. Setelah itu mbah Karmo yg marah besar datang kerumah kakek, saat itu kakek sedang tiduran diteras.  Tanpa basa-basi kaki kakek ditendang oleh mbah Karmo, ya, ditendang tanpa permisi. Tersentak, lalu kakek bangun, diceritakannya kenakalanku oleh mbah Karmo dgn nada dan kata-kata yg sangat tdk pantas. Tapi apa reaksi kakek? beliau hanya geleng kepala, tak sepatah katapun keluar. Itu hanya satu dari beberapa kejadian dikampung yg masih lekat dlm pkiranku. Nanti teman, akan kuceritakn padamu yang lainnya.

Saat itu udara cukup panas, waktu menunjukkan pukul 8pagi di bulan Juni 1996. Hari itu adalah hari pertamaku masuk TK. Aku masih ingat betul uang saku pertamaku, Rp 50,..ya betul, aku tidak salah ketik, lima puluh rupiah tdk lebih, itupun tidak setiap hari kudapatkan. Hari ini ada uang saku, tapi besok belum tentu. Dengan uang itu dulu saya bisa membeli 5butir permen warna-warni dan beberapa potong gambar kartun Ksatria Baja Hitam. Teman-teman TK dulu banyak, tidak kurang dari 28anak, berbeda waktu di SD ......

Awal masuk SD tahun 1997, temanku disana tdk lebih dari 17anak. SDku bisa dikatakan agak tertinggal dibanding SD lain. Bangunannya sederhana, hanya terdiri atas 6 kelas, 1 kantor guru, 1 ruang olahraga yang juga ruang UKS  dan beberapa WC yg berlumut. Didepannya ada lapangan luas yg biasanya kami gunakan utk upacra bendera dan senam setiap jum'at pagi. Di bagian utara sekolah itu ada sebatang pohon jambu air yg besar. Waktu istrahat kami sering bermain-main diatas pohon itu. Bahkan diantara kami sdh mengklaim dahan-dahan dan cabang-cabangnya sebagai tempat kekuasaan masing-masing. Di dlm kelas pun keadaannya tidak jauh berbeda. Hanya penggaris kayu 1meter, vas bunga tanah liat hasil prakarya anak kelas 6 dimeja buGuru, papan tulis lusuh, bangku-bangku berlubang yg dibawahnya dipenuhi sarang laba2, kursi panjang yg kaki-kakinya panjang sebelah sehingga kami harus mengganjalnya setiap kali agar stabil, kapur-kapur tumpul yg berserakan diatas lantai dan foto presiden Suharto beserta wakilnya BJ.Habibie di atas papan tulis.

Jarak SD kami dari rumah sekitar 300m ,jadi PP = 600m dan harus kami tempuh dgn berjalan kaki selama hampir 2 tahun. Itupun kami harus lewat dipematang sawah, jalan berkerikil dan becek kalau musim hujan tiba serta harus melompati sungai-sungai kecil saluran irigasi...mmhhhh..indahnya.. Selama 2tahun itu pula kami di didik oleh alam utk menjadi person yg sosialis. Saat musim hujan tiba, hujanlah yg mengajari kami makna kehidupan, karena saat berangkat sekolah kami lihat disekeliling kehidupan yg hjau menyapa kami. Semuanya tumbuh, semuanya hidup juga bergerak. Dan saat kemarau datang, kemaraulah yg mengajari kami bertahan hidup. Masih lekat dlm ingtanku, waktu itu kemarau sedang pada puncaknya, kami masih kelas 1. Siang itu rasa haus kami tdk tertawarkan lagi. Uang saku kami sdh habis, padahal baru 1/2 perjalanan. Rasa haus makin mencekik tenggorokan, tiba-tiba kami melihat sebotol air dipematang sawah. Kami berinisiatif utk mencurinya karena sebenarnya kami tau itu adalah bekal pak Parjo. Kami mengendap-endap, untunglah pak Parjo sedang sibuk mencangkul. Dalam sekejap ludeslah air itu. Mugkin karena ceroboh pakParjo segera memergoki kami. Spontan kami lagsung kabur, padahal teman kami, Nugraha,(cukup dipanggil Nug), belum minum sama sekali. Kami lari kocar-kacir. Nug yg badannya tambun tertinggal dibelakang, sempat kami mendengar dia minta tolong. Kami yg panik terus berlari tanpa menghiraukannya. Tiba-tiba suaranya hilang! Dan setelah kulihat kebelakang, ternyata dia terjerembab ke sawah! Kaki kirinya menancap kuat dilumpur. Akhirnya setelah berupaya keras kakinya berhasil tercabut. Kami berhasil meloloskan diri. Terpaksa Nug minum air saluran irigasi.. What a pitty, Nug....hehehehe...

Sebenarnya masih banyak yg ingin kuceritakan teman, tak ada habisnya memang kalau membahas masa kecil, tapi takutnya kepanjangan dan kalian malas membaca..aku juga udah capek ngetik nich..sekian dulu ya..kalau ada waktu nanti kuceritakan lagi..

Thanks a lot.

Khoiry. ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun