Mohon tunggu...
Khoirunnisa As Syifa
Khoirunnisa As Syifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Khoirunnisa As Syifa (201905050) mengambil pendidikan S1 Keperawatan di STIKes Mitra Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sudah Makan Teratur Kok Masih Maag?

21 Oktober 2022   10:21 Diperbarui: 21 Oktober 2022   10:33 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://www.canva.com/design/DAFPgUPz0N0/MWUtwfi4zIeza4dshaaWUQ/edit

Mungkin penyakit maag ini sudah banyak didengar dan dirasakan oleh masyarakat. Dari mulai anak kecil hingga lansia pun bisa mengidap maag. Namun, sebelum lebih lanjut apa kalian mengetahui apa itu maag?

Maag ini menjadi masalah umum yang biasa dikaitkan dengan gastitis bahkan GERD. Maag adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa adanya masalah pada perut bagian atas tengah (Puspitasari, 2010). Biasanya orang yang merasa maag memiliki gejala seperti perut terasa penuh, kembung, nyeri, mual, bahkan muntah. Hal ini juga didukung oleh pernyataan (Siboro, 2020), bahwa dispepsia atau maag adalah suatu kondisi gangguan pencernaan yang ditandai dengan rasa tidak enak atau adanya nyeri kronis pada bagian perut atas dan rasa penuh lebih awal ketika makan yang biasanya disertai dengan kembung, mual, sendawa maupun mual. Maag ini terbagi menjadi 2 macam, yaitu:

  • Ulcus like dyspepsia (Nyeri yang timbul karena terlambat makan atau tidak makan sama sekali)
  • Dismotility like dyspepsia (Rasa cepat kenyang atau nyeri setelah makan walaupun tidak makan dalam porsi banyak)

Mungkin, sebagian dari kita merasa penyebab maag hanya sekedar karena menunda makan, makan dalam porsi yang sedikit, makan makanan pedas, asam dan minum kopi saja. Makanya, banyak dari kita yang beranggapan menjaga pola makan itu sudah cukup untuk menghindari dari penyakit maag ini. Namun, tahu kah kalian bahwa menjaga pola makan saja tidak cukup?

Maag terjadi bukan hanya karena pola makan yang buruk, namun juga bisa karena faktor stress dan konsumsi obat yang mengandung asam seperti ibuprofen dan aspirin. Loh? Stress kan mengarah ke pikiran, masa iya bisa menyebabkan maag?

Jawabannya adalah bisa. Sebelum mengetahui kenapa bisa stres menyebabkan maag, kita perlu tahu dulu apa itu stres. Stres adalah suatu kondisi dimana adanya masalah yang terjadi dalam kehidupan yang tidak bisa terelakan baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga ataupun dimanapun (Siregar et al., 2022). Stres sendiri bisa dirasakan oleh semua kalangan baik anak, remaja, dewasa maupun lansia. Stress ini adalah suatu reaksi fisik dan psikis karena tuntutan yang dapat menyebabkan ketegangan dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Menurut penelitian (Kusnadi & Yundari, 2020), disebutkan bahwa semakin tinggi tingkat stress dapat meningkatkan risiko terkena gastritis. Sebanyak 61 responden penderita gastritis di Desa Tambakbaya RT 03 Wilayah Kerja Puskesmas Cisurupan Kabupaten Garut, responden yang mengalami stres dengan gastritis sebanyak 76,5% (26 orang) dan sisanya sebanyak 51,9% (14 orang) tidak mengalami stres psikologi dan tidak mengalami gastritis. Selain itu, penelitian lain juga menyatakan bahwa stres dan pola makan mempengaruhi kejadian gastritis di Puskesmas Pakuan Baru Jambi (Merita et al., 2016).

Lalu, apa yang menyebabkan stres dapat berdampak pada maag? Ketika dilanda stres, air liur akan mengalirkan dengan berlebihan, lalu asam lambung akan memproduksi seara berlebihan sehingga timbulnya gejala seperti mual (Merita et al., 2016). Penjelasan lainnya yaitu pengelolaan stres yang kurang baik dapat menurunkan hormon protaglandin yang dapat membantu mempercepat barrier yang berfungsi melindungi asam lambung sehingga dapat mengiritasi lapisan lambung. selain itu, stres memiliki efek negatif terhadap mekanisme neuroendokrin yang mempengaruhi saluran pencernaan yang menigkatkan risiko gastritis (Swardin, 2022). Stress dapat memicu melepaskan angiotensin II yang mengakibatkan aliran darah pada lapisan lambung berkurang sehingga terjadi pembentukan reactive oxygen species (ROS). Akibatnya aliran darah berkurang, lambung menjadi lebih rentan dan meningkatnya produksi asam lambung (Miftahussurur_Muhammad et al., 2021).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa selain menjaga pola makan untuk menghindari maag, kita perlu menjaga dan mengelola stres kita.

Sumber:

Kusnadi, E., & Yundari, D. T. (2020). Hubungan Stress Psikologis Dengan Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cisurupan. Jurnak Medika Cendikia, 7(1), 1–7. http://www.jurnalskhg.ac.id/index.php/medika/article/view/128

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun