Mohon tunggu...
Khoirunisak Dewi Irmawati
Khoirunisak Dewi Irmawati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

https://tulisannisak.blogspot.com/ Menulis dan mengarang sesuatu itu menyenangkan. Memiliki jati diri dalam menulis dan mengarang membuatku merasa beruntung dan selau ingin berbagi tulisan. semoga yang saya tulis bisa menjadi manfaat bagi semua pembaca. Mohon mengerti jika masih banyak kesalahan karena saya masih belajar. Intinya "belajar" terus sampai kapan - kapan ( no limit).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perempuan akan Selalu Menjadi yang Terkuat

9 Maret 2021   09:29 Diperbarui: 9 Maret 2021   09:56 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katakan saja dia tidak tahu baca dan tulis, namun dia sangat mahir dalam matematika terlebih lagi menghitung nota belanjaan sehabis pulang dari pasar. 

Kegiatan sehari -- harinya adalah bekerja keras untuk keluarga, namun tampaknya usahanya sangat semu dimata banyak orang, kenapa tidak? Karena dia hanya mengurus suami, anak -- anak, dan rumah. Jangan bilang "hanya" untuk pekerjaan melelahkan itu, kita sendiri tidak tahu kesulitan apa yang dialaminya ketika mencuci bajumu, membuatkanmu sarapan, bahkan menyelimutimu ketika kita ketiduran di depan televisi. 

Jika alarm bekermu disetel jam 7 pagi, maka alarm ibu pasti disetel mundur dari jam 7 dan kita tahu itu, tujuannya agar perutmu terisi dengan energi sebelum kamu berangkat sekolah. 

Kesibukannya tak berhenti sampai disitu, dengan perlahan dia mengambil tongkat ajaibnya dan menyulap semua bagian rumah agar tertata rapi dan bersih tanpa secuil kotoranpun yang tertinggal. Wah, terdengar seperti godmother dalam cerita Cinderella ya, tapi ini yang versi nyata.

Kegiatannya berlanjut ke kamar mandi, tapi bukan untuk mandi melainkan mengambil deterjen lalu mengaduknya dengan air dan memasukkan pakaian kotor kedalamnya. 

Sayangnya ibuku masih menggunakan tangan dan sikat sebagai mesin cuci bajunya, dimana tenaga listrik tidak akan mampu membantunya. Jumlah pakaian kotor yang dicuci tidaklah sedikit, setiap harinya selalu saja cucian kotor itu tampak menggunung tinggi dan di angsur ke kamar mandi terkadang sampai 2 atau 3 trip. 

Bayangkan saja betapa merah dan kasarnya nanti tangan ibundaku. Terkadang tempat jemuran pakaianpun menambah lelahnya, karena para jemuran suka menambah pekerjaan ibuku dengan putus talinyalah, roboh tiangnyalah, dan lainnya. 

Dia tidak meminta ayahku untuk membantunya membenahi jemuran butut kami kecuali rusaknya sangat parah. Kata ibu "wes ora opo-opo, ngene ki ijek iso tak dandani dewe" begitu ucapnya sambil mengetuk -- ngetuk paku pada tiang jemuran usang kami.

Sambil menunggu pakaian disinari matahari, ibu meneguk segelas air lalu pergi ke dapur. Cukup lama terkadang ketika dia memandangi sayuran dan berpikir keras tentang apa yang akan dia masak agar keluarganya tidak mengeluh karena makanan yang kurang sedap. Dia mengupas dan memotong sayuran dengan tekun dan teliti sampai memasukkannya dalam panci, aroma harum dari masakannya sering tercium hingga keluar rumah. 

Dia merebahkan badannya setelah berjam -- jam berolahraga mengelurkan keringat dari beberapa pekerjaan melelahkan tadi. Jam menunjukkan pukul makan siang dan kepulanganku dari sekolah. Ibu selalu menyambutku di depan pintu dengan senyumannya yang seolah -- olah tidak merasa capek sedikitpun dengan karirnya di dapur dan kamar mandi tadi. 

Memintaku menukar baju sekolah dengan pakaian biasa lalu menemaniku makan siang, terkadang kami makan sepiring berdua dan terkadang juga aku meminta ibu menyuapiku, aku memintanya bukan karena malas menggunakan tangan untuk makan namun aku hanya ingin kembali mencicipi masa kecil yang telah lalu.

Kini di usia yang bukan lagi remaja, aku tersadar dengan semua kerja keras ibuku yang harusnya menerima reward "tangan emas dan hati baja". Dua sebutan itu masih belum bisa menjadi gambaran betapa hebatnya ibuku dalam menangani segala hal. 

Aku tahu, semua orang pasti menyanyangi ibunya dan sebagian besar anak pasti sering mengatakan "I love you, Mom" tapi tidak dengan aku. Jangan katakan aku tidak menyayangi dan mencitai ibuku, aku sangat sangat sangat menyayangi dan mencintainya. Masalah mengatakannya pada ibuku, aku tak mampu bahkan mungkin selama ini aku belum pernah mengatakannya. 

Untuk mengekspresikan rasa itu aku mendistribusikannya pada bentuk perhatian dan membantu ibuku mengerjakan karirnya di rumah. Usiaku sudah bukan belasan tahun lagi, jadi kini tanganku sudah kuat untuk mengambil sebagian peran ibuku sebagai koki, pembersih rumah, dan laundry. 

Meski aku bisa mengerjakan beberapa pekerjaan ibu, namun selalu saja masih ada yang salah dan ayahku selalu memberitahu itu, iya memang masakanku sering keasinan tapi bukan karena kebelet menikah hanya saja aku tidak jeli dalam penakaran garam pada masakan. Ibuku masih menjadi koki terbaik dalam keluarga kami, terkadang dia bisa menyulap masakan sederhana menjadi sangat lezat bak masakan restoran. 

Satu kata untuk ibuku "hebat" karena hanya ibu yang bisa menghandle segala sesuatu dan huru-hara yang terjadi di rumah kami. Melalui tulisan ini, harapanku adalah semoga ibu selalu sehat, bahagia, menemaniku hingga aku duduk di pelaminan nanti bahkan sampai kapanpun, dan kehadirannya semoga menjadi berkah bagi orang disekitarnya, amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun