Bertambah namun sejatinya berkurang, namun dari berkurang itu, menambahkan syukur yang tak terhingga, Â atas segala yang t'lah tercapai.
Dalam lelap dan sadar, syukur itu senantiasa tersirat, dengan menjalani seperti aliran sungai yang melewati lalunya dengan damai.
Bak mentari yang slalu berbagi waktu dengan rembulan, Â jika gilirannya sampai untuk mengabdi, mengabdi pada sang khalik, dalam gelap dan terang.Â
Tak hentinya rasa syukur itu terlantun walau lirih pelan, tak terdengar, namun dahsyatnya mampu luluhkan kesombongan dan kekakuan. Sadar, Â kita hanya makhluk, yang segala gerak dan langkah hanya mengikuti yang digariskan.
Terkulum senyum, senyuman haru, Â dalam buaian kasih, Â dan lantunan doa, Â tersirat asa, Â semoga yang diharapkan menjadi nyata.
Si kecil pun boleh bermimpi, Â karena mimpi milik semua orang, siapa yang berhak melarang, siapa yang bisa menghalang, karena cinta dan kasih sayang Tuhan, Â mengalahkan segala kecongkakan penghancuran.
Bahkan tak terlihat tingginya gunung, Â dan curamnya jurang, asa itu takkan pernah pupus, terus menggema membahana dalam kuatnya doa.Â
Begitupun pula, Â mimpiku, asaku dan cintaku adalah milikku, anugerah Sang Khalik, Â yang tak mungkin bisa didustakan.Â
15 Oktober 2019#34