Mohon tunggu...
Annisa Hadi
Annisa Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Annisahadi ibu rumah tangga adalah puncak dari segala karir perempuan

Tulisan adalah isi hati dan angan tersurat, menulislah untuk menggambarkannya Blog: annisablajarnulis.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Petani Bukan Pengangguran Juga Bukan Solusi Profesi Terakhir

20 Mei 2019   20:23 Diperbarui: 20 Mei 2019   20:23 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mendengar kata petani, banyak sekali cibiran oleh sebagian besar orang, mengapa demikian, menurut pandangan umum seseorang yang berprofesi sebagai petani acapkali dianggap seseorang yang berprofesi rendah, atau bahkan seseorang yang tidak memiliki pekerjaan yang layak.

Bahkan seringkali penulis mendengar ungkapan, "Sarjana kok ujung - ujungnya cuman jadi petani ". Atau " Sarjana kok nyangkul". Salahkan profesi sebagai seorang petani ?

Dari petani lah, semua orang bisa menikmati berbagai makanan, karena hanya petani lah yang mampu menghasilkan pangan.

Bahkan pemerintah melalui kementerian pertanian telah mampu mencapai  prestasi dalam 4 tahun terakhir yakni berupa, penurunan inflasi bahan makanan serta mendongkrak sistem ekspor bahan makanan, sehingga kemudian mampu meningkatkan ekonomi masyarakat melalui sektor pertanian.

Sebagai contoh, di kecamatan daerah tempat tinggal saya, pernah suatu waktu musim haji, hampir separuh penduduknya di dusun tersebut berangkat haji bareng - bareng karena sebagian besar penduduknya panen cabai rawit dengan harga yang mahal hampir 100 ribu perkilogram nya, sebagian lagi berangkat ke pasar membawa cabai rawit satu karung, pulang dari pasar bawa sapi. Itu adalah sebagian kecil saja contoh penghasilan sebagai petani, yang kerap kali diremehkan oleh sebagian besar orang.

Menjadi seorang petani membutuhkan ketelitian dan kesabaran agar apapun yang ditanam nanti mampu menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan harapan. Karena sebagai seorang petani, tentunya harus mengeluarkan modal terlebih dahulu untuk menanam, sebelum akhirnya satu bulan hingga tiga  atau empat bulan baru mendapatkan hasil panenan.

Dan hal itulah yang terkadang membuat seseorang meremehkan profesi sebagai seorang petani, bahkan profesi tersebut seolah menjadi profesi seseorang yang paling "miskin" di negara kita tercinta Indonesi ini. Miris memang karena negara kita adalah negara agraris. Negara yang memiliki tanah yang subur. Yang menimbulkan kecemburuan negara - negara lainnya.

Sebagai istri seorang petani, banyak sekali yang penulis harapkan agar pertanian kami menjadi semakin maju, sehingga tidak tertinggal dari negara - negara lain. Juga tidak dianggap sebagai seseorang yang tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya karena profesi kami sebagai petani.

Pertama, diberikan pinjaman dana yang minim bunga, agar kami para petani tidak meminjam modal di bank yang bunganya melilit, sehingga sebelum panen, kami sudah harus mengangsur bank perkreditan, kalau sudah begini maka kami akan terlilit hutang yang menjadi - jadi. 

Kedua, ditambah lagi bantuan peralatan pertanian yang modern, agar mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan kami, sehingga kami bisa menanam sesuai musim, dan tidak ketinggalan pada musim berikutnya, karena, seperti menanam bawang merah misalnya jika sudah melewati bulan 4 ( April ) maka sudah pasti tidak akan panen. Karena terserang hama.

Ketiga, adanya bantuan pupuk dan benih berkualitas dan bersubsidi, agar pengeluaran modal tidak terlalu besar, sehingga ketika panen, dan setelah dikalkulasi, masih ada sisa untuk ditabung selain untuk berangkat modal lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun