Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Politik Diam Seribu Bahasa

8 September 2023   06:18 Diperbarui: 8 September 2023   06:22 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Politik tak harus mengumbar kata
Apalagi kata yang tak ada guna
Kadang politik diam lebih mengerikan
Seperti papan catur
Beteng yang jarang bergerak
Apalagi bicara banyak
Namun saat dibutuhkan
Beteng menjadi mesin mematikan dan menghancurkan lawan

Politik diam seribu bahasa
Politik yang menghemat kata dan aksara
Namun saat bahasa di butuhkan
Aksara dan kata menembus celah-celah perlawanan
Hingga menjadi beteng dan penyerang yang menakutkan

Politik tak harus mengumbar kata
Namun politik diam seribu bahasa
Saat mencari celah dalam memberi umpan lawan
Supaya lawan masuk perangkap
Lalu disitulah letak kesalahan
Dari kesalahan bahasa lawan
Menjadi bumerang menuju kekalahannya

Jika politik diam seribu bahasa
Sudah bermain di ring perpolitikan
Berhati-hatilah di dalam memainkan strategi pola
Karena disitu dia seperti Harimau yang diam
Namun setelah itu membuat jebakan lawan
Lalu memangsa mereka yang banyak bicara bahasa
Namun bahasa yang di ucapkan
Menjadi bahasa perangkap diri sendiri
Seperti istilah "Mulutmu itu harimaumu"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun