Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melukis Nafas Terakhir

30 Oktober 2022   23:05 Diperbarui: 30 Oktober 2022   23:08 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pengasingan dan jeruji besi
Menunggu sampai nafas terakhir
Kemudian engkau akan menangkap ku
Menjebloskanku dalam kubangan hitam
Hingga aku tak mampu bernafas
Karena nafas terakhir sudah kau rampas
Bersama kemerdekaan yang telah sirna di telan keserakahan

Sebelum nafas terakhirku
Engkau rampas bersama jeruji besi
Izinkan aku melukis nafas terakhir
Sebelum nafas terakhirku
Engkau rampas bersama hukum yang tajam kebawah dan tumpul keatas

Nafasku sudah mulai menyengal
Udara sudah mulai hilang dari nafasku
Akankah nafas terakhir dapat kulukis
Bersama luka yang menganga di dalam jiwa atma

Melukis nafas terakhir
Sebelum engkau sayat tubuhku
Dengan pisau yang terselip di tanganmu
Aku akan melukis nafas terakhir
Bersama aura yang penuh dengan aroma Kematian
Jika aku mampu melukis nafas terakhirku
Biar ceritaku dilihat anak cucu negeri kelak
Tentang kematian jiwa yang dianggap dusta

Ambil nafas terakhirku
Kan kulukis nafas terakhir
Bersama luka di jeruji besi
Engkau selipkan pisau di dadaku
Aku mengucapkan
Selamat tinggal kematian
Aku akan menuju singgasana yang dijanjikan Ilahi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun